Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kemajuan pemerintahan Sultan Agung dan pecahnya Mataram Islam

Kemajuan pemerintahan Sultan Agung dan pecahnya Mataram Islam - Setelah Kerajaan Mataram Islam diperintah oleh Sultan agung, ada 3 kemajuan utama yang dapat dicapai yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

1. Bidang politik

Kemajuan politik yang dicapai adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha ini dimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari.

Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua 1629. Kedua penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Mengapa demikian? Ada beberapa penyebabnya, antara lain:
  1. Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan fisik prajurit mataram. Mereka harus menempuh jalan kaki selama 1 bulan dengan medan yang sangat sulit.
  2. Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
  3. Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjata yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
  4. Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
  5. Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia melalui jalur laut, sedangkan Mataram lewat darat. Namun, ternyata Portugis mengingkari janji, akhirnya Mataram menghadapi Belanda tanpa bantuan Portugis.
  6. Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak mengadakan kerjasama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
  7. Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal, sehingga rencana penyerangan Mataram diketahui Belanda.
  8. Akibat pengkhianatan oleh seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.


2. Bidang ekonomi

Kemajuan dalam bidang ekonomu meliputi hal-hal berikut:
  1. Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sngai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Berkat usaha tersebut Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
  2. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik saja, tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.


3. Bidang sosial budaya

Kemajuan dalam bidang sosial budaya, meliputi hal-hal berikut:
  1. Timbulnya kebudayaan kejawen. Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa dengan Islam. Misalnya upacara Grebeg yang merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian dilakukan dengan doa-doa agama Islam. Samapi kini, di Jawa kita kenal dengan Grebeg Syawal, Grebeg Maulud dan sebagainya.
  2. Perhitungan Tarikh Jawa. Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 Masehi, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh syamsiah). Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai tahun Jawa.
  3. Berkembangnya kesusastraan Jawa. Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Dia sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti, Nitisastra dan Astabrata. Kitab-kitab tersebut berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.

Isi Perjanjian Giyanti

Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 Masehi. Selanjutnya Mataram pecah menjadi 2 bagian, sebagaimana isi "Perjanjian Giyanti" (1755) berikut:
  1. Mataram Timur yang dikenal Kasunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
  2. Mataram Barat yang dikenal dengan Kasultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta.

Perkembangan berikutnya, Kasunanan Surakarta pecah lagi menjadi 2, yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kasultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kasultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga nantinya mudah untuk dikuasai.

Berikutnya: Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur