Sistem ekonomi suku Batak
Dahulu, sebagian besar orang Batak hidup dari bercocok tanam pada sawah-sawah, tegalan dan huma (ladang). Yang ditanam adalah padi, palawija, sayuran dan buah-buahan. Padi hanya dapat panen sekali dalam setahun, karena irigasinya belum teratur dan kontinyu. Dalam peladangan orang masih sering membuka hutan dan membakar sisa-sisa kayu dan rantingnya. Sebagian juga ada yang menanam kopi.
Pada sistem peladangan, huta (kuta)-lah yang memegang hak ulayat tanah dan hanya warga huta atau kuta itu yang berhak memekai tanah tersebut, tetapi tidak berhak menjualnya tanpa persetujuan huta.
Golongan para pendiri kuta disebut merga taneh. Mereka memiliki tanah yang paling luas, sedangkan golongan lainnya hanya memiliki tanah sekedar cukup untuk hidup. Cara pengerjaannya masih tradisional, begitu pula alat-alatnya (bajak, cangkul, garu dan tongkat tugal).
Di sepanjang tepi danau Toba banyak penduduk yang mencari ikan menopang hidupnya, dengan peralatan yang sederhana pula.
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam yang disebut raron (Karo) atau marsiurupan (Toba). Peternakan juga dilakukan, tetapi hanya bersifat sambilan saja. Jenis ternaknya : kerbau, sapi, kuda, kambing dan ternak unggas. Orang Batak banyak yang merantau ke luar daerah, terutama Jawa.
Kita lanjutkan pembahasan selanjutnya yaitu kekerabatan Suku Batak pada artikel : Sistem kekerabatan suku Batak
Kita lanjutkan pembahasan selanjutnya yaitu kekerabatan Suku Batak pada artikel : Sistem kekerabatan suku Batak