Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyebab terjadinya Perang Banjar

Penyebab terjadinya Perang Banjar - Pengaruh politik Belanda di Kerajaan Banjar mulai tertanam pada pertengahan abad ke-18 walaupun hubungan dagang antara kedua belah pihak sudah ada sejak awal abad ke-17. Tertanamnya pengaruh itu merupakan hasil dari bantuan yang diberikan Belanda kepada Pangeran Nata ketika terjadi perebutan tahta kerajaan dengan Pangeran Amir.

Perjanjian Kerajaan Banjar Milik VOC

Sebagai imbalan, Pangeran Nata menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa Kerajaan Banjar adalah milik VOC. Dinyatakan pula bahwa VOC berhak campur tangan dalam pengangkatan sultan dan pejabat kerajaan.

Masalah pergantian tahta terjadi pada masa pemerintahan Sultan Adam, pertengahan abad ke-19. Sebelum wafat dia menulis wasiat bahwa yang berhak menggantikannya adalah Pangeran Hidayat. Sebaliknya Belanda menghendaki Pangeran Tamjidillah yang sudah berjanji akan menyerahkan daerah Pengaron dan Kalangan kepada Belanda. Kedua daerah itu banyak mengandung batu bara. Tokoh lain yang tidak diperhitungkan Belanda ialah Pangeran Antasari.

Sultan Adam meninggal dunia pada tahun 1857. Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai sultan dan Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi.

Reaksi rakyat Banjar

Tindakan Belanda tersebut tidak disenangi rakyat Banjar. Di beberapa daerah terjadi perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan terpisah-pisah itu disatukan oleh Pangeran Antasari sehingga tumbuh perlawanan yang cukup besar. Pada tanggal 28 April 1859 mereka mulai bergerak.

Martapura mereka duduki. Pos pasukan Belanda di Pengaron mereka kepung. Perkebunan Belanda di Gunung Jabuk dan tambang batu bara di Kalangan mereka serbu.

Untuk menghadapi perlawanan itu, Belanda mendatangkan pasukan dari Jawa. Martapura mereka rebut kembali, sedangkan kepungan terhadap Pengaron mereka gagalkan. Sultan Tamjidillah diturunkan dari tahta dan Kerajaan Banjar langsung ditempatkan di bawah pemerintahan Belanda. Sebagai protes, Pangeran Hidayat meninggalkan istana, masuk ke pedalaman untuk ikut memimpin perlawanan.

Perlawanan Pangeran Antasari

Antasari berusaha merebut kedudukan pasukan Belanda di Pulau Petak, tetapi gagal. Sementara itu, pasukan berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio. Akan tetapi, benteng itu direbut Belanda kembali. Begitu pula pertahanan di Gunung Luwak jatuh ke tangan Belanda.

Belanda berusaha menangkap antasari. Mereka menghubungi Tumenggung Surapati yang bersedia membantu. Rencana penangkapan dirundingkan di atas sebuah kapal. Surapati datang dengan beberapa orang anak buahnya. Setelah perundingan selesai, Surapati memerintahkan anak buahnya untuk segera melakukan penyerangan kepada kapal Belanda.

Sementara itu, Antasari memusatkan kekuatannya di Bukit Madang. Pertempuran merebut dan mempertahankan Bukit Madang merupakan pertempuran terhebat dalam perang Banjar. Setelah tiga kali melancarkan serangan, barulah Belanda berhasil menduduki Bukit Madang.

Sejak awal 1862, kekuatan pejuang-pejuang Banjar mulai berkurang. Pangeran Hidayat menyerah kepada Belanda pada akhir bulan Januari 1862.

Belanda bermaksud menjebak antasari dalam perundingan. Karena Antasari tidak berniat untuk mengadakan perundingan, dia mengajukan syarat yang tidak mungkin dipenuhi Belanda, yakni perundingan hanya dapat diadakan jika Belanda mengembalikan Kerajaan Banjar kepada rakyat Banjar.

Sejak pertengahan tahun 1862, Antasari memindahkan pertahanannya ke Dusun Hulu. Di tempat ini dia menyusun kembali kekuatan dan merencanakan untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap kedudukan-kedudukan Belanda. Sebelum rencana itu terwujud, Antasari meninggal dunia akibat terserang wabah cacar.

Setelah Antasari meninggal dunia, perlawanan dipimpin oleh anaknya, Muhammad Seman. Akan tetapi intensitas perlawanan sudah jauh menurun.

Baca juga 3 kelompok yang berebut kekuasaan di kerajaan Banjarmasin