Sejarah berdirinya MIAI oleh Jepang
Ternyata Jepang masih membutuhkan bantuan dan tenaga umat Islam. Hal ini terbukti dengan diaktifkannya kembali MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) pada tanggal 4 September 1942. Pengaktifan kembali MIAI ini diharapkan dapat memobilisasi gerakan umat Islam untuk menopang keperluan perang.
Tugas MIAI
Dengan semboyan "Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah", MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa pendudukan Jepang. Adapun tugas MIAI di masa Jepang antara lain sebagai berikut :- Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat.
- Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan jepang.
Program MIAI
Untuk melaksanakan tugas tersebut, MIAI membuat perencanaan program yang menitik beratkan pada tercapainya tujuan yang bersifat sosio-religius. Adapun perincian program MIAI sebagai berikut:- Menyelamatkan dan memelihara kehormatan dan kejayaan umat Islam.
- Membangun masyarakat muslim yang mampu memelihara perdamaian dan menciptakan kesejahteraan rakyat.
- Meningkatkan pengurusan semua masalah penting kaum muslim seperti : perkawinan, waris, masjid, zakat, pendidikan dan pengajaran, penyiaran dan wakaf, serta kesejahteraan fakir miskin.
- Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia Raya.
Dalam upaya pelaksanaan program tersebut MIAI memusatkan perhatiannya pada tiga proyek utama, yaitu membangun Masjid Agung di Jakarta, melanjutkan upaya pendirian Universitas Islam, dan membentuk baitulmal.
Pada bulan Mei 1943, MIAI membentuk Majelis Pemuda dan Keputrian. Majelis Pemuda dipimpin oleh Ir. Safwan, dengan sektretaris H.M. Effendi, dan penasihat Dr. Abu Hanifah. Sedangkan Keputrian dipimpin oleh Siti Nurjanah sebagai ketua dan Ny. Radian Anwar sebagai sekretaris.
Baca juga:
Selanjutnya :
Baca juga:
- Pembentukan Jawa Hokokai oleh Jepang
- Tentang Seinendan, Keibodan dan Barisan Pelopor
- Tentang Hizbullah, Heiho dan Peta
Selanjutnya :