Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berdirinya Perti (Perguruan Tarbiyah Islam)

1928 Perti Berdiri

Perti atau Perguruan Tarbiyah Islam didirikan oleh Seikh Sulaiman Arrusli pada tahun 1928 di Minangkabau yang giat mempertahankan Madzab Syafii. Dalam lapangan pendidikan pengaruhnya meluas sampai ke Kalimantan dan Sulawesi. Selain Perti, di Sumatera Barat juga berdiri Perkumpulan Sumatera Thawalib yang juga bergerak dalam bidang pendidikan.

Begitu pula banyak organisasi-organisasi  Islam seperti Jamiatul Waliyah pada tahun 1930, Jamiatul Khair tahun 1905, Persatuan Muslimin Indonesia tanggal 22 Mei tahun 1930, Majlisul Islam Alaa Indonesia tahun 1917 dan sebagainya.

Itulah pergerakan salah satu organisasi Islam dalam bidang sosial dan perjuangan kemerdekaan dalam menentang penjajah, yang merupakan lanjutan perjuangan para ulama dan para sultan seperti Sultan Khairun dan Sultan Baabullah di Maluku dalam menentang penjajahan Portugis, Sultan Ageng Tirtoyoso di Banten, Pangeran Antasari di Kalimantan, Pangeran Diponegoro di Jawa, Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau. Teuku Umar dan Teungku Cik Di Tiro di Aceh dalam menentang Belanda.

Sejarah Berdirinya Perti (Perguruan Tarbiyah Islam)

Pada masa penjajahan Jepang pada tahun tanggal 10 Maret 1942 - 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia pada umumnya dan umat Islam khususnya, telah menderita lahir batin yang sangat menyedihkan.

Pada masa itu timbul pergerakan-pergerakan nasional dan pergerakan-pergerakan Islam untuk menentang penjajahan Jepang dan menyongsong kemerdekaan. Gerakan 3A ternyata hanya tipuan belaka, hanya merupakan taktik Jepang dalam menuju bangsa Indonesia untuk turut berjuang melawan Sekutu.

Pergerakan dan perjuangan umat Islam pada masa penjajahan

Adapun pergerakan dan perjuangan umat Islam dalam menentang penjajahan Jepang antara lain sebagai berikut :

Masyumi

Majelis Syura Muslimin Indonesia sebagai pengganti MIAI (Majhsul Islam Ala Indonesia). Baca selengkapnya di Sejarah dibentuknya Masyumi oleh Jepang.

Tokoh Masyumi antara lain : K.H. Hsyim Asy'ari, K.H. Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Halin, Moh. Natsir dan lain-lain.

Masyumi dengan tokoh-tokoh nasional menyusun Tentara PETA (Pembela Tanah Air) pada tanggal 2 Oktober 1943. Banyak santri-santri yang menjadi anggota PETA, seperti : al. Sudirman, Yunus Anis, Aruji Kartawinata, dan lain-lain. Kemudian Masyumi membentuk Barisan Hisbullah di bawah pimpinan Zainal Arifin

Perlawanan Abdul Jalil di Aceh, November 1942

Ia seorang guru baca Al Qur'an di Cot Pling (Aceh), tidak tahan melihat penindasan Jepang terhadap rakyat. Dalam perlawanannya ia gugur sebagai syuhada. Perlawanan rakyat Aceh selengkapnya bisa di bawa di 3 kali perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang.

K.H. Zainal Musthafa di Jawa Barat

Beliau seorang ulama pemimpin pesantren Sukamanah, Tasikmalaya Jawa Barat. Karena beliau melihat kesengsaraan rakyat dan menganggap peraturan melakukan Saikeivei, sebagai perbuatan musyrik, maka beliau bangkit menentang Jepang.

Utusan Jepang yang mengajak berunding dengan K.H. Zainal Musthafa dapat dikeroyok rakyat. akhirnya Jepang menyerang pesantren dan menangkap K.H. Zainal Musthafa untuk kemudian dihukum mati di Jakarta.

Perlawanan Tentara PETA di Blitar dipimpin oleh Supriyadi

Supriyadi melihat kesengsaraan rakyat akibat Romusya. Dalam perlawanan ini Supriyadi bersama anak buahnya yang berjumlah hampir 1 peleton dapat ditangkap oleh Jepang.

Selengkapnya silahkan di baca di artikel sejarah : Perlawanan PETA Blitar terhadap Jepang

Demikianlah sekelumit peranan ulama dan Lembaga Keagamaan khususnya Islam dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia.