Ciri negara berkembang menurut Doeljoeni dan Todaro
Setelah kita mengetahui 9 ciri karakteristik negara maju, selanjutnya akan kita bahas bagaimana ciri-ciri negara berkembang. Di sini ada 2 pendapat dari para ahli tentang ciri negara berkembang, yaitu menurut Doeljoeni dan Todaro. Berikut pendapatnya:
Menurut Doeljoeni
Doeljoeni (1987) berpendapat bahwa negara berkembang memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
- Mayoritas penduduk lebih dari 70% bermata pencaharian di sektor pertanian, kegiatan industri yang dilakukan berlatar belakang agraris, terutama mengolah hasil pertanian, perikanan dan kehutanan.
- Pengolahan pertanian masih menggunakan cara-cara tradisional atau alat-alat yang sudah ketinggalan zaman.
- Tingkat kehidupan yang rendah. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan yang rendah, tingkat kematian tinggi, usia harapan hidup rendah, dan kondisi perumahan yang kurang layak.
- Pendidikan formal dan non formal kurang memadai, fasilitas pendidikan yang terbatas, sehingga tidak semua anak usia sekolah mendapatkan pelayanan pendidikan dan banyaknya penduduk yang masih buta huruf.
- Pertumbuhan penduduk tinggi.
- Belum ada kesetaraan gender, status pria masih dianggap lebih tinggi dibanding wanita, wanita masih dianggap penduduk kelas dua.
- Angka beban ketergantungan masih tinggi.
- Tingkat pengangguran masih tinggi, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran tertutup.
- Ketergantungan terhadap negara-negara maju tinggi.
Menurut Todaro
Todaro (1994) bahwa negara berkembang mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut :1. Kehidupan yang rendah tampak pada :
- Pendapatan perkapita yang rendah
- Kondisi perumahan yang tidak memadai
- Sarana kesehatan yang terbatas
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kematian yang tinggi
- Tingkat harapan hidup yang rendah
- Perasaan kacau, tidak menentu dan putus asa
2. Tingkat pendapatan yang rendah
Akibat dari tingkat hidup yang rendah membuat rendahnya tingkat produktifitas tenaga kerja.
3. Tingkat pertumbuhan dan beban tanggungan tinggi.
- Tingkat kelahiran di negara berkembang tinggi, sedangkan di negara maju rendah (7 orang per 1000 penduduk).
- Bagi negara-negara berkembang masih sulit menekan tingkat pertumbuhan sampai di bawah 20 per 1000 penduduk.
- Tingkat kelahiran tinggi di negara berkembang (33 per 1000 penduduk), implikasinya bahwa proporsinya anak di bawah usia 15 tahun hampir separuh dari penduduk total di negara berkembang. Keadaan tersebut menjadikan beban tanggungan tinggi.
4. Tingginya tingkat perkembangan dan pengangguran semu
- Pengangguran semu (Under Employment) ditujukan oleh orang-orang pedesaan dan perkotaan yang bekerja tetapi kurang yang dapat mereka kerjakan (harian, mingguan atau musiman). Pengangguran semu ini juga termasuk mereka yang biasanya bekerja secara penuh tetapi produktifitasnya rendah.
- Pengangguran terbuka (Open Employment), yaitu orang-orang yang mampu dan sangat ingin bekerja tetapi tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi mereka.
5. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan sektor produk primer
- 80% penduduk negara berkembang bermukim di pedesaan, sedangkan negara-negara maju kurang dari 30%.
- 69% penduduk negara berkembang tenaga kerja bekerja di sektor pertanian, sedangkan negara maju hanya 18%.
- Kontribusi sektor pertanian terhadap GNP adalah sekitar 30% untuk negara berkembang sedangkan negara maju 5%.
- Pada umumnya perekonomian negara berkembang berorientasi produk-produk primer (makanan, bahan baku, bahan bakar, dan bahan logam) sebagai ekspor utama yang memberi kontribusi 70%.
Itulah ciri-ciri negara berkembang menurut Doeljoeni dan Todaro.