Perpaduan seni budaya lokal dan budaya Islam Nusantara
Seni berasal dari bahasa melayu yang artinya kehalusan, kelembutan, keindahan dan keberlanjutan alirannya seperti air. Seni adalah sesuatu yang indah, sesuatu karya manusia yang mengandung keindahan adalah seni. Sedangkan budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya akal budi dan kekuatan. Budaya lebih dekat dengan pemikiran akal sehat yang berpihak dengan nilai-nilai spiritual religius.
Seni budaya lokal
Sebelum Islam datang ke wilayah Indonesia (nusantara), bumi pertiwi ini telah berkembang kebudayaan Hindu dan buddha. Hal tersebut telah berjalan cukup lama, sehingga telah mendarah daging pada masyarakatnya. Dominasi seni budaya Hindu-Buddha tersebut ditandai dengan adanya pendirian monumen-monumen seremonial yang biasanya terbentuk dalam susunan batu bertulis, candi, stupa dan sebagainya yang merupakan bukti material majunya seni budaya lokal.
Setelah masuknya Islam ke wilayah Nusantara secara damai melalui berbagai macam cara, diantaranya melalui seni budaya yang telah ada, sehingga Islam mudah diterima bagi masyarakat. Misalnya melalui media wayang kulit, gamelan, tembang dan seni ukir yang telah digandrungi oleh masyarakat pada waktu itu.
Masuknya Islam memberikan toleransi seni budaya yang telah ada, terutama di luar aqidah dan ibadah. Para seniman nusantara mengemas seni yang bernafaskan Islam menjadi seni Islam Nusantara, yang pada akhirnya seni budaya Islam tersebut berbasis nasional.
Ajaran-ajaran Islam yang mudah diterima oleh masyarakat akhirnya membudaya di Nusantara, seperti konsep ummah yang egaliter, yaitu menyamakan harkat dan martabat manusia di hadapan Tuhannya, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya. Islam juga menerima bahasa Melayu sebagai bahasa keseharian (lingua franca) dalam penggunaan penyebaran agama Islam di Nusantara.
Arsitektur tempat-tempat peribadatan juga mengadaptasi rancangan bangunan lokal, seni kaligrafi, gaya hidup bersih, adaptasi kalender Hijriyah dan lain sebagainya. Hal tersebut maju dan berkembang secara alamiah yang dipelopori oleh da'i.
Masjid Kudus perpaduan budaya lokal dan budaya Islam |
Pengertian tradisi Islam Nusantara
Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, masyarakat sudah mengenal berbagai kepercayaan yang berasal dari ajaran Hindu-Buddha.
Hal itu yang membuat proses dakwah Islam pada saat itu tidak terlepas dengan adat yang sudah berlaku, karena masyarakat sudah percaya bahkan sudah mendarah daging sehingga tidak mungkin untuk dihilangkan secara langsung.
Hal itu yang membuat proses dakwah Islam pada saat itu tidak terlepas dengan adat yang sudah berlaku, karena masyarakat sudah percaya bahkan sudah mendarah daging sehingga tidak mungkin untuk dihilangkan secara langsung.
Tradisi Islam merupakan metode yang dilakukan dengan jalan para ulama saat itu tidak menghapus total adat dan kepercayaan yang sudah berlangsung. Para ulama memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam adat dan kepercayaan mereka. Dengan harapan masyarakat tidak kehilangan adat dan kepercayaan mereka dan ajaran agama Islam dapat diterima.
Tradisi dan kebudayaan tersebut terus mengalami proses perpaduan dengan kebudayaan Islam yang datang, sehingga kebudayaan Islam mendominasi kebudayaan lokal menjadi semakin kuat dan kebudayaan Nusantara yang bercorak Islam.
Dengan demikian tradisi Islam bukan merupakan ajaran yang harus dilakukan, tetapi hanya sebagai metode dakwah agama Islam.