Tradisi khitan pada anak suku Sunda
Masyarakat Jawa Barat sebagian besar menganut agama Islam. Meskipun demikian, banyak adat yang masih berlaku. Tanah Sunda memiliki berbagai macam adat yang bernafaskan Islam, diantaranya setelah kelahiran hingga menjelang dewasa.
Bagi suku Sunda kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa yang didambakan oleh kedua orang tuanya. Apabila yang lahir bayi laki-laki, ia akan segera diadzankan di telinga kanan dan diiqamahkan di telinga kiri.
Jika bayinya perempuan ia cukup diiqamahkan. Dengan harapan bayi yang baru lahir sudah mendengar kebesaran nama Allah SWT, sehingga kelak menjadi anak yang soleh, bijaksana, pandai, dan taat menjalankan perintah agama. Kelahiran bayi ditandai dengan penyembelihan aqiqah sebagai rasa syukur kepada Allah SWT.
Kedewasaan anak laki-laki ditandai dengan upacara yang disebut khitanan atau sunatan. Khitanan biasanya dilakukan ketika anak berusia 7-8 tahun. Anak yang akan dikhitan disuruh berendam terlebih dahulu. Hal itu dimaksudkan agar pada saat dikhitan tidak banyak darah yang keluar. Kemudian anak yang dikhitan mengenakan sarung.
Khitanan dilaksanakan di halaman rumah. Anak yang akan dikhitan kedua kakinya diangkat oleh seorang lelaki dewasa. Hal itu untuk mempermudah tukang sunat (paraji sunat) melakukan tugasnya. Setelah khitan selesai dilaksanakan diadakan perayaan untuk menghibur anak yang dikhitan.
Baca juga: Seni budaya suku Sunda
Baca juga: Seni budaya suku Sunda