Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peninggalan kebudayaan Sa-Huynh

Prasejarah. Sa-Huynhmerupakan sebuah nama yang merujuk pada sebuah situs arkeologis gerabah (tembikar) di Vietnam. Kabudayaan Sa-Huynh merupakan sebuah tempat yang letaknya di pantai kira-kira 140 km ke arah selatan kota kecil Taurane. Tempat ini merupakan pusat gerabah terpenting di daratan Asia Tenggara.

Budaya Sa-Huynh mengembangkan pengaruh tradisi gerabahnya di Kalanay (Filipina). W.G. Solheim menyebut gerabah ini dengan nama budaya Sa-Huynh-Kalanay. Budaya ini berkembang sekitar 750-200 sebelum Masehi.

Selain di Filipina, tradisi gerabah Sa-Huynh juga mengembangkan pengaruhnya di beberapa tempat di Indonesia. Tradisi pembuatan gerabah di Indonesia pada zaman purba dibedakan menjadi 3 kompleks, yaitu : Jawa Barat dengan persebarannya di Anyer (Banten), Leuwiliang (Bogor), Kramatjati (Jakarta), Buni (Bekasi), kompleks Kalumpang (Sulwesi Selatan), dan kompleks Gilimanuk (Bali).

Gambar Peninggalan kebudayaan Sa-Huynh

Menurut penelitian Solheim, tradisi gerabah di Indonesia mendapat pengaruh dan tradisi gerabah yang berkembang di Asia Tenggara, yaitu tradisi gerabah Sa-Huynh-Kalanay dan tradisi Bau Melayu.

Tradisi Sa-Huynh-Kalanay terutama berkembang di daerah Sa-Huynh (Vietnam) dan Kalanay (Filipina). Sedangkan tradisi Bau Melayu terutama berkembang di Malaysia Timur, Filipina, Cina Selatan, Vietnam Utara, Taiwan, dan Indonesia. Kedua tradisi ini dibedakan menurut pola hias dan cara pembuatannya.

Ragam hias Sa-Huynh juga ditemukan di Thailand, Taiwan, Filipina dan Indonesia. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan dagang antara penduduk Sa-Huynh dan tetangganya di Asia Tenggara, baik dengan melalui jalur darat maupun dengan melalui jalur laut.

Hingga sekarang, kebudayaan Sa-Huynh yang diketahui kebanyakan dari penemuan kubur tempayan (jenazah dimasukkan di dalam tempayan besar) dan penguburan ini merupakan adat kebiasaan yang mungkin dibawa oleh orang-orang Cham pertama ke Indonesia. Secara umum, penguburan dalam tempayan ini bukan khas budaya Dongson atau budaya lain yang sezaman di daratan Asia Tenggara, diduga merupakan pengaruh yang bersumber dari kebudayaan Cham.

Penemuan kebudayaan Sa-Huynh terdapat di daerah pantai mulai dari Vietnam tengah ke selatan sampai ke delta Lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa-Huynh termasuk tembikar-tembikar yang berhasil ditemukan itu memiliki hiasan garis-garis dan bidang-bidang yang diisi dengan tera tepian kerang.

Kebudayaan Sa-Huynh memiliki banyak persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di laut Sulawesi. Hal tersebut terbukti dengan adanya kemiripan bentuk anting-anting batu bertonjolan (disebut lingling-O) dan sejenis anting-anting yang khas atau bandul kalung dengan kedua ujungnya berhias kepala hewan (kemungkinan kijang) yang ditemukan pada sejumlah tempat di Muangthai, Vietnam, Palawan, dan Serawak.

Kebudayaan Sa-Huynh yang berhasil ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti skop, tembilang, dan kapak. Namun, ada pula yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, serta cincin dan gelang bentuk spiral.

Sementara itu, teknologi pembuatan peralatan-peralatan besi yang diperkenalkan di daerah Sa-Huynh diperkirakan berasal dari daerah Cina. Budaya perunggu yang ditemukan di Sa-Huynh berupa berbagai perhiasan, gelang, lonceng, dan bejana-bejana kecil.

Di Sa-Huynh juga ditemukan beberapa manik-manik emas langka, kawat perak, manik-manik kaca dari batu agate bergaris, dan berbagai manik-manik carnelian.

Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com