Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peninggalan kebudayaan zaman Batu Muda

Prasejarah. Zaman batu atau zaman neolitikum/neolitik merupakan zaman termuda dari urutan zamannya. Ciri khas  pada zaman ini adalah alat-alat yang dipergunakan telah diasah lebih halus dan bentuknya telah semakin baik. Pada zaman ini mulai dikenal bahan untuk membuat alat dari tanah liat.

Kebudayaan neolitikum merupakan perkembangan dari food gathering ke food producing. Kehidupan semula yang sangat bergantung pada alam telah beralih pada usaha untuk mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Peninggalan kebudayaan peralatan yang menonjol pada zaman batu muda adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Penyebaran kebudayaan pada zaman batu muda menunjukkan penyebaran bangsa Melayu Autronesia yang menghuni Nusantara sebagian bangsa emigran dari Asia Tanggara.

Peninggalan kebudayaan

Kebudayaan neolitikum adalah kebudayaan batu muda, ciri-cirinya adalah alat-alatnya sudah dibuat dengan lebih baik, diasah (diupam) dan halus. Perkembangan kebudayaan pada zaman batu muda sudah sangat maju jika dibandingkan dengan masa sebelumnya, yaitu zaman batu madya.

Baca kembali Peninggalan kebudayaan Batu Madya

Hal ini dikarenakan adanya imigrasi penduduk Proto-Melayu dari Yunani, Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Pendatang baru tersebut membawa kebudayaan kapak persegi. Kebudayaan neolitikum menyebar hampir di seluruh Nusantara. Menurut R. Soekmono kebudayaan neolitikum inilah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang ini.

Berdasarakan alat-alat batu yang ditemukan, hasil kebudayaan zaman batu muda di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong, disamping ada hasil-hasil kebudayaan lain.
Gambar kapak lonjong dan kapak persegi
Kapak lonjong dan kapak persegi
Peninggalan kebudayaan zaman Batu Muda (Neolitikum/neolitik) adalah sebagai berikut :

1. Kapak persegi

Kapak persegi adalah kapak yang berbentuk memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak ini kebanyakan terbuat dari batu api yang kuat atau kalsedon. Pemberian nama kapak persegi ini berasal dari Van Heine Geldern.

Kapak-kapak persegi ini terutama ditemukan di Indonesia bagian barat, yaitu : Sumatra, Jawa dan Bali. Di Indonesia bagian timur juga ditemukan kapak persegi, yaitu : di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan sedikit di Kalimantan.

Berdasarkan hasil penemuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran kebudayaan kapak persegi dari Asia Daratan ke Kepulauan Nusantara melalui jalan barat, yaitu dari Asia (Yunani, Cina Selatan) ke Asia Tenggara, Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.

Pusat-pusat kerajinan kapak persegi ditemukan di beberapa tempat di Jawa dan Sumatra, seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Kerawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan lereng selatan Gunung Ijen Jawa Timur.

Kapak-kapak persegi tersebut ada yang dibuat dari batu-batu indah, dan tidak dipergunakan sebagai alat untuk bekerja tetapi untuk lambang kebesaran, jimat, dan alat upacara.Varias-variasi lain dari kapak persegi adalah seperti kapak bahu, kapak tangga, kapak atas, kapak biolah, dan kapak penarah. Jenis lainnya yang ada di Asia (Jepang dan Filipina), tetapi tidak ada di Indonesia ialah kapak bahu.

2. Kapak Lonjong

Kapak lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur. Pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai, kemudian diikat menyiku. Bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah batu kali yang berwarna kehitaman.

Ada dua macam kapak lonjong, yaitu kapak lonjong besar yang disebut walzenbeil, yang ditemukan di Irian sehingga sering dinamakan Neolitikum Papua dan kapak kecil yang disebut keinbeil, banyak ditemukan di Kepulauan Tanimbar dan Seram.

Selain kapak lonjong tersebut ada kapak lonjong yang dibuat lebih indah dan hanya digunakan sebagai alat upacara. Penemuan kapak lonjong di Indonesia terbatas hanya dibagian timur, yaitu : Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Tanimbar, Leti, dan Papua.

Persebaran kapak lonjong sampai pada abad ke-20 masih digunakan di Irian Jaya, terutama di daerah terpencil dan terasing. Kapak lonjong di luar Indonesia banyak ditemukan di Burma, Cina, dan Jepang.

3. Alat serpih

Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat. Alat ini digunakan untuk alat pemotong, gurdi, atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi panah dan ujung tombak.

4. Gurdi dan Pisau

Gurdi dan Pisau neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi danau, misalnya Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung, Danau Cangkuang, Leles Garut, Danau Leuwilang Bogor (Jawa Barat), Danau Tondano, Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di Flores Barat (Nusa Tenggara Timur.

5. Perhiasan

Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulia yang berupa gelang. Benda tersebut banyak ditemukan di Tasikmalaya, Cirebon, dan Bandung. Jenis perhiasan itu antara lain gelang, kalung, manik-manik, dan anting-anting. Bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah batu-batu indah, seperti agat, kalsedon dan jaspis.

6. Gerabah

Dizaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat benda-benda dari tanah liat yang dibakar, disebut tembikar atau gerabah. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Jenis benda yang dibuat dari tanah liat ini antara lain kendi, mangkuk, perluk belanga, dan manik-manik.

Gerabah pada zaman batu muda memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Fungsi gerabah saati itu digunakan sebagai barang untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga, misalnya untuk keperluan upacara, ataupun untuk keperluan dekorasi.

Gerabah banyak ditemukan di lapisan teratas bukit-bukit kerang di Sumatra dan dibukit-bukit pasir pantai selatan Jawa, antara lain di Jogjakarta dan Pacitan, Kendeng Lembu (Banyuwangi), Tangerang, dan Minanga Sippaka (Sulawesi Tenggara). Selain itu, di Melolo (Sumatra Barat banyak ditemukan gerabah yang berisi tulang belulang manusia.

Manusia pendukung

Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi zaman batu muda berada di Indonesia bagian timur. Mereka berasal dari ras Proto-Melayu (Melayu Tua) yang datang ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2.000 tahun yang lalu.

Penduduk Indonesia sekarang yang termasuk ke dalam ras Proto-Melayu antara lain : suku Sasak, Batak, Dayak, dan Toraja. Sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah ras Pepua Melanesoid.

Selanjutnya Kehidupan sosial budaya dan kepercayaan zaman batu muda
Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com