Sejarah hubungan wayang kulit dengan Wali Songo
Menurut pendapat Prof. K.H.R Moh. Adnan, wayang kulit yang ada sekarang ini bukanlah berasal dari India, melainkan ciptaan dari Wali Sanga pada zaman Kerajaan Demak Bintoro. Wayang kulit diciptakan para wali sebagai hasil permusyawaratan, untuk mengajak umat dan rakyat memeluk agama Islam.
Padahal pada waktu itu kebanyakan rakyat masih suka kepada gamelan, pertunjukan wayang kulit dan upacara adat warisan Hindu maupun Buddha. Oleh karena itu para wali mengambil siasat, kebudayaan rakyat yang telah ada tidaklah sekaligus diberantas atau ditukar.
Awal Mula Tercipta Wayang Kulit
Akan tetapi sedikit demi sedikit dimasuki ajaran-ajaran dan jiwa ke-Islaman, sehingga masyarakat dengan tiada paksaan telah dapat diajak memeluk agama Islam. Untuk itulah maka oleh para wali diciptakan wayang kulit yang dimaksudkan untuk dijadikan alat atau media menjalankan dakwah Islam.
Wayang Kulit Menggambarkan Perjalanan Hidup Manusia
Dalam hubungan ini Prof. Mr. M.M. Djojodigoeno mengatakan bahwa wayang kulit itu penuh dengan simbolik. Dalam pertunjukannya wayang kulit menggambarkan perjalanan hidup manusia, tetapi manusia yang mencari keinsyafan akan asal-usulnya (sangkan-parannya) dan bukan manusia yang hanya hidup tidak mati.
Pencipta Wayang di Tanah Jawa
Menurut penyelidikan Dr. G.H.J. Hazeu dan R.M. Mangkudimedja mengatakan bahwa :1. Pertunjukan itu diciptakan oleh Sang Prabu Jayabaya pada tahun Surya 861.
2. Ketika Raden Panji Kasatriyan menjadi raja bergelar Prabu Suryamisesa di negara Jenggala, berkenan mengadakan wayang purwa. Yang menjadi dalangnya beliau sendiri, pada tahun Surya 1145.
3. Sesudah tenggelamnya kerajaan Jenggala, yang menjadi raja ialah prabu Maesakandremen, berkedudukan di kerajaan Pajajaran juga menciptakan wayang purwa mirip wayang purwa buatan Jenggala, dibuat tahun Surya 1166.
4. Pada waktu Raden Jakasesuruh menjadi raja di Majapahit bergelar Prabu Branata, berkenan membuat wayang purwa yang digambar di atas lebar, yang kemudian disebut wayang beber. Pada tahun 1283.
5. Sewaktu prabu Brawijaya I menjadi Raja di Majapahit, beliau mempunyai putra yang pandai menggambar. Sang putra ditugaskan menggambar bentuk dan corak dari wayang beber dengan beraneka warna menurut adegan masing-masing. Ketika itu pada tahun Surya 1301. Semenjak itu setiap ganti raja senantiasa wujud dan bentuk wayang juga mengalami perubahan.
6. Berkenaan dengan usul Sunan Kalijaga pada tahun 1443, para wali kemudian menciptakan wayang purwa dan dibuat satu-satu, adapun bahannya terbuat terbuat dari kulit kambing. Masing-masing wayang dijapit dengan maksud untuk tempat menancapkan, sedang tangannya wayang masih diiris seperti wayang Bathara Guru.
7. Di masa R. Trenggono menjadi Sultan III di Kerajaan Demak Bintoro, pada tahun Candra 1447, juga berkenan menciptakan wayang purwa dengan menatah mulut, mata dan telinganya.
8. Pada waktu Susuhunan Ratu Tunggul di Giri mewakili raja di Demak, pada tahun Candra 1480 juga membuat wayang purwa dari kulit. Tetapi wujudnya diperkecil dan kemudian disebut wayang kidang kencanan. Wayang perempuan diberi perlengkapan anting-anting, kroncong dll. Sedangkan wayang laki-laki rambutnya ada yang dikonde ada yang tidak.
9. Zaman Jaka Tingkir menjadi Sultan di Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya, beliau juga berkenan menciptakan wayang purwa. Namun ada perubahan sedikit, ketika itu pada tahun 1505.
10. Tatkala Panembahan Senopati menjadi raja di Mataram, beliau juga berkenan membuat wayang purwa, adapun induknya wayang ciptaan Pajang, dibuat pada tahun Candra 1542.
11. Ketika zaman Susuhunan Prabu Nyakrawati di Mataram, beliau juga berkenan membuat wayang purwa, dengan mengambil induk wayang kidang kencana, hanya diadakan perubahan sedikit, dibuat pada tahun candra 1552.
12. Pada masa Susuhunan Kanjeng Sultan Hanyokrokusumo menjadi raja di Mataram (Mataram ke III), beliau juga membuat wayang purwa.
Demikianlah perubahan dan perkembangan kehidupan wayang purwa di tanah Jawa khususnya. Dari sejak dikenal dalam masyarakat kita sampai mengalami beberapa periode, hingga sampai kepada zaman kewalian, Pajang dan Mataram.
Kesimpulan
Hal yang kita sebutkan di atas menunjukkan bahwa pada zaman kewalianpun soal wayang tidaklah luput dari perhatian mereka untuk disesuaikan dengan jiwa dan ajaran-ajaran Islam. Hal ini menunjukkan betapa jauh fikiran dan pandangan para wali ketika itu. Wayang yang sejak dahulu menjadi cabang kesenian yang digemari oleh para wali dipakai sebagai alat pemikat rakyat untuk masuk agama Islam.
Inilah sekelumit dari cerita wayang kulit yang pernah dipergunakan oleh para wali sanga dalam mendidik moral dan watak masyarakat Indonesia dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh dengan aneka macam ujian dan rintangan ini, dalam rangka da'wah Islam dan zamannya.
Baca juga: Mengapa Syekh Siti Jenar dianggap sesat
Baca juga: Mengapa Syekh Siti Jenar dianggap sesat
Sekian dahulu perjalanan dan perkembangan kewayangan. Bisa kita bayangkan betapa besar perjuangan dan pengorbanan para wali di Jawa khususnya dalam rangka untuk menarik rakyat yang pada zaman itu masih memeluk agama Hindu dan Buddha ke agama Islam. Para wali senantiasa menempuh jalan kebijaksanaan. Ini merupakan sejarah yang tidak bisa terlupakan begitu saja.