Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Zaman peradaban Islam tertinggi

Sejarah peradaban Islam. Setelah kekhalifahan Al-Mahdi (775 - 785 M) berakhir, selanjutnya digantikan oleh Harun Al-Rasyid (785 - 809 M). Pada zaman Harun Al-Rasyid, hidup mewah sebagaimana digambarkan dalam cerita Seribu Satu Malam, sudah memasuki masyarakat modern.

Kekayaan yang melimpah digunakan Harun Al-Rasyid banyak digunakan untuk kepentingan sosial. Pendirian rumah sakit, pendidikan dokter dipentingkan, dan farmasi dibangun. Diceritakan bahwa Baghdad pada waktu itu memiliki hingga 800 dokter. Disamping itu, juga dibangun pemandian-pemandian umum.

Harun Al-Rasyid adalah raja besar pada zaman itu dan hanya Charlemagne di Eropa yang dapat menyainginya. Anaknya, Al-Ma'mun (813 - 833 M), meningkatkan perhatian pada ilmu pengetahuan. Untuk menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen, Sabi, dan bahkan juga penyembah bintang.

Untuk itu, ia dirikan Bait Al-Hikmah. Di samping lembaga tersebut, didirikan pula sekolah-sekolah. Al Ma'mun adalah penganut aliran Mu'tazilah yang banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani.

Pada masanya, Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Khalifah Al-Mu'tasim (833 - 842 M) sebagai anak dari ibu berkebangsaan Turki mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara pengawalnya. Dengan demikian, pengaruh Turki mulai masuk ke pusat pemerintahan Bani Abbas. Tentara pengawal Turki kemudian begitu berkuasa di istana, sehingga khalifah-khalifah pada akhirnya hanya merupakan boneka dalam tangan mereka. Yang pada hakikatnya yang memerintah bukan lagi khalifah, tetapi perwira-perwira dan tentara pengawal Turki.

Untuk melepaskan diri dari pengaruh Turki, Al-Wathiq (842 - 847 M) mendirikan ibukota Samarra (Surra man ra'a = gembira orang yang melihatnya) dan pindah dari Baghdad. Akan tetapi, di sana para khalifah dapat dikuasai oleh tentara Turki.

Khalifah besar terakhir dari Dinasti Abbasiyah adalah Mutawakkil (847 - 861 M). Kahlifah-khalifah sesudahnya pada umumnya lemah dan tidak dapat melawan kehendak tentara pengawal dan sultan-sultan yang kemudian datang menguasai ibukota.

Ibukota di pindahkan kembali ke Baghdad oleh Mu'tadin (870 -892 M). Khalifah terakhir sekali dari Dinasti Abbasiyah adalah Al-Musta'sim (1242 - 1258 M) Pada zamannyalah Baghdad dihancurkan oleh Hulagu pada tahun 258 Masehi.

Pada masa Dinasti Abbasiyah perhatian ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani memuncak, terutama pada zaman Harun Al-Rasyid dan Al-Ma'mun. Buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Kegiatan penerjemahan buku-buku ini berjalan kira-kira satu abad. Bait Al-Hikmah yang didirikan Al-Ma'mun, bukan hanya merupakan pusat penerjemahan saja, tetapi juga akademi yang memiliki perpustakaan. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait Al-Hikmah ialah ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi, dan sejarah disamping filsafat.

Ringkasnya, periode ini adalah periode peradaban Islam yang tertinggi dan memiliki pengaruh, sungguhpun tidak secara langsung, pada tercapainya peradaban modern di Barat sekarang. Periode kemajuan Islam ini sebagaimana disebut Christopher Dawson, bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Eropa.

Memang, seperti diterangkan oleh H. Mc Neill, kebudayaan Kristen di Eropa di antara 600 dan 1000 M, sedang mengalami masa surut yang rendah. Pada abad ke-11, Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di timur melalui Spanyol, Sisilia, dan Perang Salib, peradaban itu sedikit demi sedikit di bawa ke Eropa.

Mulailah Eropa kenal dengan rumah sakit, pemandian umum, pemakaian burung dara untuk mengirim informasi militer, pada bahan-bahan makanan timur, seperti beras (rice, rijst, du riz, berasal dari al-rurz), jeruk (lemon berasal dari al-laimun), gula (sugar, sucre, suiker berasal dari a-sukkar), dan sebagainya.

Mereka kenal pada hasil-hasil tenunan timur, seperti kain muslin yang berasal dari kata Mosu, kain baldaclin (dari kota Baghdad), kain damask (dari kota Damaskus) pada permadani, gelas, dan sebagainya. Selanjutnya baca : Masa disintegrasi Islam zaman Dinasti Abbasiyah