Sekilas tentang Muhammad kecil dan pernikahannya
Secara esensial, kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab adalah terjadinya kristalisasi pengelaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan bangsa Arab pada waktu yang relatif singkat kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab.
Sebagian dari nilai dan budaya Arab pra-Islam, untuk beberapa hal diubah dan diteruskan oleh masyarakat Muhammad ke dalam tatanan moral Islam. Secara geneologis, ia merupakan keturunan suku Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh di Arab. Secara silsilah, hilip K. Hitti menguraikannya sebagai berikut :
Bagan Silsilah Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tahun Gajah, tahun ketika pasukan gajah Abrahah menyerang Mekah untuk menghancurkan Kabah, namun pasukan Abrahah mengalami kehancuran. Menurut sejarahnya, peristiwa tersebut terjadi kira-kira pada tahun 570 Masehi (12 Rabiul Awal).
Merupakan suatu kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum bangsawan Arab bahwa ibu-ibu tidak mengasuh anak-anak mereka, tetapi mereka mengirimkan anak-anak itu ke pedesaan untuk di asuh dan dibesarkan di sana. Begitu pula Muhammad, setelah diasuh beberapa lama oleh ibunya, dia dipercayakan kepada Halimah dari suku Banu Sa'ad untuk diasuh dan dibesarkan. Dia tetap berada di dalam asuhan Halimah hingga berusia 6 tahun, ketika dikembalikan kepada ibunya, Aminah.
Pada waktu itu, ibunya bermaksud menziarahi makam suaminya di Madinah, tempat suaminya dimakamkan. Namun, di tengah perjalanan, yaitu di Abwa, Madinah, Aminah menderita sakit dan menghembuskan nafasnya yang terakhir di sana. Dengan demikian pada usia 6 tahun Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, sang paman sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan penggembalaan itu, dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya.
Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena itu, sejak muda ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.
Tanda-tanda kenabian Muhammad
Selanjutnya, Muhammad melakukan perjalanan (usaha) untuk pertama kali dalam khalifah dagang ke Siria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Khalifah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan itu di Bushra, sebelah selatan Siria ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah.
Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad kecil sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar tidak terlalu jauh memasuki daerah Siria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat kepadanya. Perkiraan pendeta tersebut akhirnya dibuktikan dengan sejarah kenabian Muhammad sampai sekarang.
Ketika Nabi Muhammad berusia 25 tahun, ia berangkat ke Siria membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, bernama Khadijah. Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.
Ketika itu, Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.
Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai enem orang anak, dua putra dan empat putri, yaitu : Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal dunia ketika Muhammad berusia 50 tahun.
Baca juga: 2 macam visi dan misi para nabi dan rasul
Baca juga: 2 macam visi dan misi para nabi dan rasul