Sejarah awal perkembangan agama Buddha di dunia
Sejarah - Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta, putra Raja Siddhodana dari Kerajaan Kapilawastu dan termasuk keturunan suku bangsa Sakya. Ia dikenal dengan sebutan Buddha Gautama atau Sakyamuni.
Pada mulanya, Buddha bukan sebuah agama, melainkan suatu paham baru dalam agama Hindu yang lahir karena tidak menyukai kedudukan istimewa kasta Brahmana. Saat itu, kaum Brahmana mempunyai hak istimewa untuk mempelajari kitab-kitab Weda, hak menguasai ajaran dan isi Weda, hak menyelenggarakan upacara kurban, dan hal memberi tuntunan untuk mencapai moksha. Oleh karena itu, muncullah ajaran praktis yang dapat dilaksanakan masyarakat, yaitu Buddhisme.
4 Tempat Suci Umat Buddha
Ada empat tempat yang dianggap suci oleh umat Buddha, karena tempat tersebut memiliki hubungan dengan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah: Taman Lumbini, Bodhgaya, Benares, dan Kusinagara.
- Taman Lumbini terletak di daerah Kapilawastu, yaitu tempat kelahiran Sidharta (563 SM).
- Bodhgaya adalah tempat Sidharta menerima penerangan agung.
- Benares, yaitu tempat Sidharta pertama kali menyebarkan ajarannya.
- Kusinagara, tempat wafatnya Sidharta (482 SM).
Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung, dan kematiannya terjadi pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama di Bulan Mei. Ketiga peristiwa ini dirayakan oleh umat Budha sebagai hari Waisak.
Kehidupan masyarakat Budha
Masyarakat Buddha terbentuk setelah san Buddha mengajarkan pengalaman agungnya kepada sejumlah orang. Khotbah pertamanya terjadi di taman rus Isipathana, di Sarnath, Benares. Di tempat itu ia memperoleh empat muridnya yang pertama.
Khotbah keliling yang dilakukan Buddha dan para muridnya mengundang banyak pengikut. Ada pengikut yang mengikuti cara Buddha sebagai Rahib, mereka disebut Biksu (rahib pria) dan Biksuni (rahib wanita).
Mereka hidup dalam suatu komunitas yang dinamakan Sangha. Di samping itu, ada pula pengikut yang tetap dalam pekerjaannya sehari-hari. Mereka dinamakan Umat.
Masyarakat Buddhis tidak mengenal sistem kasta. Baik rahib maupun umat sama-sama disebut putra dan putri Buddha. Keduanya mendukung satu sama lain dalam mengamalkan ajaran Buddha yang disebut Dharma.
Umat bertanggung jawab memenuhi kebutuhan jasmani para rahib, berupa makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Sebaliknya, rahib bertanggung jawab memenuhi kebutuhan rohani umat, melalui nasihat dan teladan hidup sesuai ajaran Buddha.
Para rahib mempunyai tugas khusus, yakni menjaga kemurnian ajaran Buddha dan mengajarkannya kepada semua orang. Untuk itu, mereka hidup miskin, bertapa, dan belajar. Di antara mereka ada yang menjadi rahib sampai akhir hayatnya, ada pula yang menjadi rahib selama waktu tertentu.
Inti ajaran agama Buddha
Kehidupan keagamaan Buddha berpedoman kepada kitab Tripitaka. Tripitaka berarti "tiga keranjang" karena ditulis pada daun lontar yang disimpan dalam keranjang. Kitab tersebut ditulis dalam bahasa Pali, bahasa percakapan sehari-hari. Itulah sebabnya kitab Tripitaka dapat dibaca oleh semua kalangan.
Ajaran Buddha terangkum dalam Empat Kebenaran Utama dan Delapan Jalan Kebenaran. Ajaran tersebut didasarkan pada pengalaman Siddharta Gautama, mulai dari keprihatinannya menyaksikan penderitaan rakyat di luar istana lalu pengembaraannya mencari makna kehidupan.
4 kebenaran utama Buddha
Empat Kebenaran Utama atau Catur Aryasatyani dalam ajaran Buddha adalah sebagai berikut :
- Dalam kehidupan umat manusia, penderitaan lebih hebat daripada kebahagiaan.
- Penderitaan itu timbul karena adanya hasrat untuk hidup.
- Hanya dengan usaha manusia itu sendiri penderitaan dapat terhapus.
- Cara mencapainya dilakukan dengan Delapan Jalan Kebenaran (Astaida), yaitu berpikir baik, bersifat baik, berkata baik, bertingkah laku baik, makan minum yang baik, berusaha yang baik, perhatian yang baik, dan semadi yang baik.
Dengan demikian, ajaran Buddha tidak terlalu jauh berbeda dengan ajaran Hindu. Tetapi, ajaran Buddha memiliki beberapa ajaran baru, misalnya tidak dibenarkan mengadakan kurban dan tidak dibenarkan adanya tingkatan dalam masyarakat.
Isi Triratna
Buddha, Dharma, dan Sanggha disebut Triratna yang artinya tiga mutiara. Seseorang yang mau masuk ajaran Buddha diwajibkan mengucapkan tridharma, yaitu kewajiban yang berisi sebagai berikut :
- Saya mencari perlindungan pada Buddha.
- Saya mencari perlindungan pada Dharma.
- Saya mencari perlindungan pada Sanggha.
Demikian sejarah awal dan perkembangan agama Buddha, semoga bermanfaat bagi anda.
Kunjungi: Sejarah Dunia Lainnya