Akulturasi Hindu Buddha Islam bidang aksara, sosial dan pemerintahan
Akulturasi Hindu Buddha Islam bidang aksara, sosial dan pemerintahan - Dalam bidang aksara, akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam dalam hal aksara diwujudkan dengan berkembangnya tulisan Arab Melayu di Indonesia, yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menulis dalam bahasa Melayu.
Tulisan Arab Melayu tidak menggunakan tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Tulisan Arab Melayu disebut dengan istilah Arab Gundul. Selain itu, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.
Dalam bidang sosial, masyarakat zaman Hindu-Buddha mengenal sistem kasta. Dengan masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia sistem sistem kasta tersebut perlahan-lahan menghilang.
Sedangkan dalam bidang pemerintahan juga terjadi proses akulturasi. Pada masa pengaruh Islam, gelar Raja diganti dengan Sultan, suatu kata dari bahasa Arab yang berarti penguasa kerajaan atau Susuhunan, yang kemudian menjadi Sunan, juga dari bahasa Arab yang berarti yang disembah atau yang dihormati.
Konsep dewa raja yang memandang raja sebagai titisan dewa diganti dengan konsep sultan sebagai khalifah, yang berarti pemimpin umat. Penasehat raja berasal dari tokoh-tokoh agama yang disebut Kyai.
Meski demikian, sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan secara menyeluruh. Sebutan atau gelar bagi pembantu raja masih menggunakan istilah lama seperti "patih panglima", hulubalang, mahamentri, dan lain-lain.
Nama raja Jawa juga tidak memakai nama yang bernafaskan Islam, melainkan menggunakan nama-nama dari budaya Jawa seperti Sultan Trenggana, Sultan Hadiwijaya, Susuhunan Mangkunegara, Hamengkubuwana, Pakubuwana, dan lain sebagainya.
Demikian Akulturasi Hindu Buddha Islam bidang aksara, sosial dan pemerintahan, semoga menjadi catatan sejarah Hindu, Buddha dan Islam.
Baca juga: Akulturasi Hindu Buddha Islam bidang seni bangunan
Baca juga: Akulturasi Hindu Buddha Islam bidang seni bangunan