Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rumah Krong Bade Rumah Adat Aceh

Apa nama Rumah Adat Aceh? Rumah Krong Bade adalah jawabannya. Rumah Krong Bade juga sering disebut dengan nama rumoh Aceh. Paling depan pada rumah adat ini adalah tangga depan yang digunakan untuk menuju pintu masuk rumah. Rumah adat Aceh merupakan salah satu budaya Indonesia yang hampir punah.

Rumah Krong Bade saat ini sudah jarang terlihat dan dibangun, karena mayoritas masyarakat aceh memilih untuk membangun rumah modern daripada rumah adat. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, salah satunya karena biaya pembangunan rumah modern jauh lebih murah dibandingkan dengan Rumah Krong Bade. Selain itu, Rumah Krong Bade dalam perawatannya juga membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Gambar Rumah Krong Bade Rumah Adat Aceh
Rumah Adat Aceh: Rumah Krong Bade

Ciri Khas

Bentuk Rumah Krong Bade persegi panjang dan memanjang dari timur ke barat, dengan atap rumah terbuat dari daun rumbia. Salah satu ciri khas Rumah Krong Bade, yaitu dengan adanya tangga di bagian depan rumah sebagai jalur utama untuk menuju pintu masuk rumah.

Mengapa Rumah Krong Bade musti ada tangganya? Karena lantai dasar rumah adat Aceh berada beberapa meter dari tanah. Pada umumnya, ketinggian dasar Rumah Krong Bade antara 2,5 - 3 meter. Uniknya, anak tangga rumah adat Aceh jumlahnya ganjil.

Bahan dasar Rumah Krong Bade adalah kayu. Pada dinding rumah biasanya terdapat banyak ukiran. Namun, karena ukiran harganya mahal maka tidak semua rumah adat Aceh terdapat banyak ukiran, tergantung dari kemampuan ekonomi pemilik rumah tersebut. Jenis ukirannya pun tidak sama antara rumah satu dengan yang lainnya.

Pembagian Ruangan Rumah Adat Aceh

Rumah Krong Bade terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: bagian depan, bagian bawah, bagian tengah, dan bagian belakang. Keempat ruangan tersebut masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Berikut rincian 4 ruangan rumah adat Aceh:

1. Ruang Bawah
Ruang bawah Rumah Krong Bade digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen atau hasil pertanian. Atau bisa dikatakan ruangan ini difungsikan sebagai gudang. Ruang bawah Rumah Krong Bade juga digunakan untuk menyimpan alat penumbuk padi. Selain itu, tempat ini merupakan pusat aktivitas kaum wanita yaitu membuat kain khas Aceh sekaligus sebagai tempat menjual kain tersebut.

2. Ruang Depan
Ruang depan Rumah Krong Bade tidak memiliki kamar, dimanfaatkan sebagai ruang santai, tempat peristirahatan keluarga, maupun tempat anak-anak belajar. Ruangan ini juga dipergunakan untuk menerima tamu.

3. Ruang Tengah
Ruang tengah Rumah Krong Bade biasa disebut sebagai seuramoe teungoh, yaitu ruangan inti, oleh karenanya ruangan ini juga dikenal sebagai rumah inong. Jika ruang depan tidak memiliki kamar, ruang tengah memiliki beberapa kamar baik di sisi kiri atau sisi kanan. Letak ruang tengah lebih tinggi daripada ruang depan.

Ruang tengah hanya khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga, umumnya digunakan sebagai ruang tidur kepala keluarga. Namun, pada sebuah acara pernikahan, ruang ini digunakan sebagai ruang tidur pengantin. Pada saat anggota keluarga ada yang meninggal dunia, ruang tengah ini juga digunakan sebagai ruang pemandian mayat.

4. Ruang Belakang
Ruang belakang rumah adat Aceh biasa disebut seurameo likot, yaitu merupakan ruang santai untuk keluarga. Letaknya lebih rendah dari ruang tengah, juga difungsikan sebagai dapur. Ruang belakang juga tidak memiliki kamar layaknya ruang depan.

Bahan-bahan bangunan Rumah Adat Aceh

Seperti rumah adat pada umumnya, membangun Rumah Krong Bade juga dibutuhkan bahan-bahan bangunan, antara lain ada delapan, yaitu sebagai berikut:
  1. Kayu, merupakan bahan utama dari rumah adat Aceh. Kayu merupakan bahan baku sebagai tiang penyangga rumah.
  2. Papan, digunakan sebagai dinding dan lantai rumah.
  3. Bambu, atau trieng digunakan untuk membuat alas lantai.
  4. Temor, atau enau digunakan sebagai bahan cadangan untuk membuat dinding dan lantai selain bambu.
  5. Tali Pengikat, atau taloe meu-ikat digunakan untuk mengikat bahan-bahan bangunan. Tali pengikat tersebut terbuat dari rotan, tali ijuk, atau kulit pohon waru.
  6. Daun Rumbia, atau oen meuria yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat atap rumah.
  7. Daun Enau, digunakan sebagai bahan cadangan untuk membuat atap, apabila daun Rumbia tidak ada.
  8. Pelepah Rumbia, atau peuleupeuk meuria adalah bahan dasar untuk membuat dinding rumah dan lemari.

Makna Rumah Adat Aceh

Meski hanya sebuah rumah, Rumah Krong Bade memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Aceh. Rumah merupakan identitas masyarakat Aceh. Bahan-bahan bangunan yang diambil dari alam mempunyai makna bahwa kehidupan masyarakat Aceh dekat dengan alam. Untuk membuat rumah adat, masyarakat Aceh tidak menggunakan paku.

Sebagai pengganti paku, mereka menggunakan tali untuk mengikat bahan bangunan satu dengan lainnya. Hiasan ukir pada rumah Krong Bade juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Aceh. Bahwa banyak tidaknya ukiran pada rumah Krong Bade yang dimiliki seseorang menentukan kemampuan ekonomi dari pemilik rumah tersebut.

Pembangunan Rumah Adat Aceh

Seperti orang Jawa umumnya, untuk membangun sebuah rumah Krong Bade ada hal-hal yang diperhatikan. Misalnya menentukan hari baik dimulainya membangun rumah, mengadakan kenduri, serta pemilihan kayu. Hari baik dilaksanakannya pembangunan rumah didasarkan pada saran dari seorang pemuka masyarakat.

Dalam memilih bahan kayu didasarkan pada pengetahuan masyarakat lokal yang memandang bahwa hanya jenis kayu tertentu yang dapat bertahan. Ada beberapa tahap yang dilakukan masyarakat Aceh dalam membangun rumah adat, yaitu: rapat keluarga, pengumpulan bahan, pengolahan bahan, dan perangkaian bahan.

Rapat keluarga merupakan warisan leluhur yang mengandung pesan agar nantinya tidak terjadi perpecahan dalam rumah. Rapat keluarga dipimpin oleh seorang pemuka masyarakat untuk memberikan saran yang patut didengarkan oleh keluarga yang hendak membangun rumah.

Hal ini patut kita contoh, ketika menebang kayu masyarakat Aceh sangat berhati-hati, agar nantinya tidak merusak akar pohon lain.

Setelah pengolahan kayu, pada tahap perangkaian bangunan kayu-kayu tersebut dirancang atau digunakan menurut fungsinya. Misalnya sebagai tiang penyangga rumah akan ditancapkan ke tanah terlebih dahulu.

Tiang utama rumah Krong Bade adalah kayu yang pertama pertama kali ditancapkan ke tanah. Setelah perangkaian bahan selesai, pada tahap akhir adalah menghias rumah dengan berbagai ornamen dan ukiran pada badan rumah adat.

Selain rumah adat, Aceh juga memiliki pakaian adat dan senjata tradisional. Selengkapnya silahkan baca pada kedua artikel di bawah ini:
Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com