Profil Provinsi Aceh
Profil Provinsi Aceh - Aceh adalah sebuah provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatra dengan ibu kotanya Banda Aceh. Ada bermacam suku bangsa yang hidup bersama di Aceh, sehingga menambah kebhinekaan Serambi Mekah ini.
Yang perlu diketahui
Seperti provinsi lain di Indonesia, Provinsi Aceh memiliki berbagai keunikan tersendiri, mulai dari kehidupan suku bangsanya, lagu daerah, bahasa dan sebagainya. Agar lebih jelas berikut profil Aceh yang dijelaskan secara singkat, padat dan jelas.- Nama Resmi: Provinsi Aceh
- Ibukota: Banda Aceh
- Luas Wilayah: 57.956,00 Km2
- Jumlah Penduduk: 5.066.831 Jiwa
- Suku Bangsa: Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Jawa, Simeuleu, Kluet, Aneuk Jamee.
- Suku pendatang : Jawa, Minang, Palembang, Makassar dan lain-lain.
- Agama:Islam : 98,80 %, Kristen Protestan : 0,84% Khatolik: 0,16%, Buddha : 0,18%, Hindu : 0,02%.
- Wilayah Administrasi: Kab.: 18, Kota : 5, Kec.: 289, Kel.:-, Desa: 6.474 *)
- Lagu Daerah: Bungong Jeumpa
- Lain-lain: 642 mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi NAD yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung dibawah kecamatan. Dipimpin oleh Imum Mukim.
- Website: http://www.acehprov.go.id
Sumber : Permendagri Nomor 39 Tahun 2015
Tabel Profil Aceh
Julukan | Serambi Mekkah | |||
Semboyan |
| |||
Hari jadi | 7 Desember 1959 | |||
Dasar hukum | UU Nomor 11 Tahun 2006 | |||
Ibu kota | Banda Aceh (dulu Koetaradja) | |||
Kota besar lainnya | Kota Langsa, Lhokseumawe, Subulussalam, Sabang | |||
Area | ||||
- Total luas | 58.375,63 km² atau 57.117 km2 | |||
- Latitude | 1º 40' - 6º 30' LU | |||
- Longitude | 94º 40' - 98º 30' BT | |||
Populasi | Peringkat 14 | |||
- Total | 5.184.003 (2017) | |||
- Kepadatan | 91 jiwa/km2 | |||
Pemerintahan | ||||
- Gubernur | Nova Iriansyah (Plt.) | |||
- Wagub | -- | |||
- Ketua DPRD | Sulaiman | |||
- Sekda | Dermawan | |||
- Kabupaten | 18 | |||
- Kota | 5 | |||
- Kecamatan | 289 | |||
- Kelurahan | 6.497 | |||
APBD (2015) | Rp12.755.643.725.149,- (total) | |||
- PAD | Rp1.883.113.759.049,- | |||
- DAU | Rp1.237.894.986.000,- | |||
- DAK | Rp88.582.570.000,- | |||
Demografi | ||||
- Etnis | Aceh 70,65% | |||
Jawa 8,94% | ||||
Gayo 7,22% | ||||
Batak 3,29% | ||||
Alas 2,13% | ||||
Simeulue 1,49% | ||||
Aneuk Jamee 1,40% | ||||
Tamiang 1,11% | ||||
Singkil 1,04% | ||||
Minangkabau 0,74% | ||||
- Agama | Islam 98,19% | |||
Kristen Protestan 1.12% | ||||
Katolik 0,07% | ||||
Buddha 0,16% | ||||
Hindu 0,003% | ||||
Konghucu 0,0008% | ||||
lain-lain (0,006%) | ||||
- Bahasa | Indonesia (resmi) | |||
Aceh (utama) | ||||
Melayu, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Devayan, Singkil, Kluet, Tamiang, Lekon, Sigulai, Haloban, Batak, Tionghoa | ||||
Zona waktu | WIB (UTC+7) | |||
Lagu daerah | Bungong Jeumpa | |||
Rumah tradisional | Rumoh Aceh | |||
Senjata tradisional | Rencong | |||
Situs web | www.acehprov.go.id |
Sejarah
Suku Aceh merupakan salah satu suku yang tergolong ke dalam etnik melayu atau ras melayu, dan sering diakronimkan dengan Arab, Cina, Eropa, dan Hindustan (ACEH)
Aceh adalah tempat pertama masuknya agama Islam di Indonesia dan sebagai tempat timbulnya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Peurelak dan Pasai. Puncak kejayaan Aceh dicapai pada permulaan abad ke-17, masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Pada masa Sultan Iskandar Muda agama dan Kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh, sehingga daerah ini mendapat julukan "seuramo mekkah" (serambi mekkah). Namun sepeninggalnya Sultan Iskandar Muda, penggantinya tidak mampu mempertahankan kebesaran kerajaan tersebut, sehingga posisinya agak melemah. Hal ini menyebabkan Aceh menjadi incaran pihak Barat yang pada saat itu sedang mencari daerah jajahan.
Pada abad ke 17 bangsa Portugis mulai datang, kemudian pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Sultan Aceh yang disebut "Perang Sabil" atau perang sabilillah yang berlangsung selama 30 tahun dengan menelan jiwa cukup besar, baik dipihak Belanda yang menyebabkan tewas beberapa orang Jendralnya maupun pihak Aceh banyak para pejuang yang gugur sebagai syuhada. Kondisi ini memaksa Sultan Aceh terakhir, Tengku Muhd. Daud mengakui kedaulatan Belanda di tanah Aceh.
Secara umum Daerah Aceh tidak pernah ditundukkan secara menyeluruh, sebagaimana daerah lainnya di Nusantara hingga datangnya Bala Tentara Jepang.
Logo Provinsi
Logo provinsi Aceh hanya menggunakan empat warna utama saja, yaitu putih, kuning, coklat, dan hijau. Adapun bentuk lambangnya seperti gambar di bawah ini.
Logo Provinsi Aceh |
Arti Logo
Bukan tanpa arti, logo di atas mengandung arti yang menggambarkan secara keseluruhan falsafah hidup rakyat Aceh, berikut makna lambang Aceh:
- Kupiah (Peci) Aceh berbentuk segi 5 (lima), adalah melambangkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang bermakna Falsafah hidup Rakyat dan Pemerintah Daerah yang disebut PANCACITA yang terdiri dari lima unsur.
- Dacing : melambangkan Keadilan.
- Rencong : melambangkan Kepahlawanan.
- Padi, Kapas, dan Cerobong Pabrik : melambangkan Kemakmuran.
- Kubah Masjid, Kitab dan Kalam : melambangkan Keagamaan dan Ilmu Pengetahuan.
- Warna Putih :melambangkan Kemurnian.
- Warna Kuning :melambangkan Kejayaan.
- Warna Hijau : melambangkan Kesejahteraan dan Kemakmuran.
Nilai Budaya
Simbol kepahlawanan dan keberanian suku bangsa Aceh adalah Rencong. Hal ini dapat kita saksikan dalam sejarah, ketika orang-orang aceh melawan Belanda yang menggunakan senjata sangat canggih pada masa itu, namun orang Aceh hanya menggunakan senjata tradisional yaitu rencong, pedang dan tombak (seperti yang digunakan Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro dll).Namun kini, keberadaan rencong bukan lagi sebagai senjata, namun telah beralih menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat pria Aceh. Betapa rencong sudah beralih berfungsi, sehingga yang dulunya tajam sekarang menjadi tumpul, karena fungsinya hanya untuk penghias pada acara-acara seremonial belaka.
Masyarakat Aceh Sangat mempercayai dan meyakini akan ajaran agamanya, yaitu Islam. Masyarakat memegang teguh keyakinan tersebut. Masyarakat Aceh Sangat menghormati dan menghargai Para Ulama, sebagai pewaris para Nabi. Sehingga ketundukan pada ulama melebihi ketundukan pada para penguasa.
Upacara-upacara Adat Rakyat
- Perkawinan, dengan prosesi : Berinai, Khatam Quran, Mandi, Peusijuk/Tepung Tawar.
- Hamil : Intat Bu/antar Nasi untuk Wanita Hamil/kenduri Wanita Hamil. Dengan memasak makanan-makanan yang disukai oleh wanita hamil.
- Kelahiran : Peutron Aneuk/Turun Tanah, Peucicap/suatu ritual untuk menginginkan anak sesuai yang diharapkan, seperti dengan bercukur, bercermin supaya cantik/ganteng, memberikan madu dengan meletakkan dibibir, agar sianak menjadi manis.
- Sunatan : Suatu upacara dalam rangka untuk sunat rasul anak-anak yang menjelang dewasa, dengan mengundang sanak kerabat dan handai taulan dengan memotong kerbau, kambing atau sejenis untuk kenduri/makan bersama.
Falsafah Hidup Masyarakat
- Karong, artinya family atau saudara yang dihitung dari keluarga ibu.
- Kaom, artinya semua saudara dari pihak ayah/laki-laki dan saudara pihak perempuan/ibu.
- Hudeep Saree Matee Syahid, artinya Hidup bersama-sama atau Mati Mulia/Syahid.
- Adat Bak Po Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kualo, Qanun Bak Putro Phang, Reusam Bak Laksamana artinya hukum umum ditangan pemerintah dan hukum syari’at ditangan ulama.
Baca juga hal-hal yang berkaitan dengan Aceh:
Sumber: http://www.kemendagri.go.id