Sejarah Pertanian di Negara Irak
Sekitar 43% dari daratan Irak potensial untuk dibudidayakan, tetapi baru sekitar 13% yang benar-benar digunakan. Sekitar 50% adalah padang rumput dan padang penggembalaan.
Di samping kurma, hasil utama pertanian negara Irak adalah barley, gandum, kentang, semangka, tomat, anggur, dan buah-buahan lain.
Daerah hujan di timur laut menghasilkan biji-bijian, tembakau, dan buah-buahan. Sementara daerah pertanian yang beririgiasi di dataran-dataran menghasilkan gandum, barley, milet, jagung, sayur-sayuran, dan wijen.
Wilayah di ujung tenggara merupakan daerah penting penghasil barley, padi dan kurma. Irak merupakan negara pengekspor kurma terbesar di dunia.
Banyak tanah telah dibagikan kepada para petani, sesuai dengan program pembaharuan pertanian yang dimulai sejak tahun 1958.
Proyek irigasi terus dibangun untuk melengkapi bendungan-bendungan yang sudah ada pada sungai-sungai utama, seperti bendungan Hindiyah di Sungai Eufrat dan bendungan Al-Kut di Sungai Tigris.
Bendungan Hindiyah irak
Penduduk pedesaan banyak memelihara ternak seperti biri-biri, kambing, keledai, bagal, sapi, kerbau, kuda, dan unta, yang dianggap penting untuk menunjukkan kekayaan, selain untuk menunjang kehidupan mereka. Jumlah dan mutu hasilnya (wol, bulu, susu, kulit, dan daging) terus ditingkatkan.
Pusat perikanan di sungai-sungai besar dan danau-danau menghasilkan ikan carp (sejenis gurami), barbel, dace, dan ikan lainnya. Usaha yang dapat dilakukan di Teluk Persia tidak begitu berarti.
Karena kelalaian, pembabatan huma hutan, pertanian tebang bakar yang terus-menerus, banyak kerusakan hutan terjadi di bagian utara.
Sebagai akibatnya, nilai ekonominya menjadi terbatas dan hutan itu kebanyakan digunakan sebagai sumber arang kayu dan bahan-bahan bangunan.
Hutan Kurdistan terutama ditumbuhi bermacam-macam jenis pohon ek, serta maple, kenari hijau, pistachio (sejenis perdu dari keluarga ros), dan juniper liar, di sana-sini tumbuh pinus Aleppo.