Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perlawanan rakyat terhadap Jepang tahun 1944-1945

Kedatangan Jepang mula-mula disambut gembira, karena propagandanya yang ingin menolong membebaskan bangsa Indonesia dari kesengsaraan akibat kekejaman Belanda. Tetapi, pada kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda sebagai penjajah. Penindasan dan perampasan kekayaan bangsa Indonesia dilakukan tidak kepalang tanggung. Bahkan tidak segan-segan menindas penduduk untuk menyerahkan semua kekayaannya. Dengan demikian pada waktu itu kemiskinan dan kelaparan terjadi di mana-mana. Kematian pun terjadi saling susul-menyusul.

Kekejaman yang paling tampak adalah perlakuan tentara Jepang terhadap barisan Romusya (barisan kerja paksa). Di bawah pengawasan Kempetai (Polisi militer Jepang), barisan Romusya itu diangkut dan dipenjarakan di tempat-tempat sangat berbahaya.

Mereka kerja paksa tanpa mengenal lelah, sedang makanan tidak diperhatikan. Akibatnya, banyak yang jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Karena kekejaman yang sudah keterlaluan ini, menumbuhkan reksi keras dari masyarakat. Timbullah kebencian dan perlawanan rakyat di berbagai tempat. Perlawanan yang sangat terkenal adalah perlawanan yang dilakukan oleh anggota tentara peta di Blitar, Jawa Timur. Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco (komandan peleton) Supriyadi.

Perlawanan ini mulai dikobarkan pada tanggal 14 Februari 1945. Tetapi, perlawanan ini dapat digagalkan. Para pemimpinnya ditangkap dan diajukan ke pengadilan. Disamping itu, sebelumnya sudah terjadi beberapa perlawanan rakyat di berbagai daerah.

Update : Beberapa perlawanan itu diantaranya adalah:
1. Perlawanan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Abdul Jalil.
2. Perlawanan di Aceh, dipimpin Teuku Hamid (1944).
3. Perlawanan di Singaparna, Jawa Barat, dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa (1944).
4. Perlawanan di Cilacap Jawa Tengah, dipimpin oleh Khusairi.

Baca selanjutnya: Runtuhnya kekuasaan Jepang di Indonesia