7 latar belakang Revolusi Prancis dan tujuannya
Sejak abad XVIII-XX beberapa peristiwa penting berpengaruh terhadap Indonesia, khususnya pada zaman pergerakan nasional. Peristiwa tersebut salah satunya adalah Revolusi Prancis yang tentu saja memiliki latar belakang tertentu.
Sebelum terjadi Revolusi Prancis, di Eropa berkembang ajaran Nicollo Machiavelli tahun 1469-1527. Ajaran Machiavelli terdapat pada bukunya yang berjudul II Principle (Sang Raja). Ajaran itu mendukung kekuasaan raja secara mutlak, dengan kekuasaan yang tak terbatas terhadap suatu negara.
Pemerintahan absolut di Prancis diawali pada masa Raja Henry IV Navare tahun 1589-1610 dilanjutkan oleh Louis XIII tahun 1610-1643. Louis XIII didampingi Perdana Menteri Richellileu menyatakan bahwa "raja tak akan membagi otoritasnya dengan siapapun juga, termasuk para bangsawan tinggi".
Pelaksanaan kekuasaan absolut mencapai kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Louis XIV tahun 1643-1715. Ktika memerintah, Raja Louis XIV didampingi oleh Perdana Menteri Kardinal Mazarin dan Menteri keuangan yang bernama Colbert.
Pelaksanaan kekuasaan absolut mencapai kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Louis XIV tahun 1643-1715. Ktika memerintah, Raja Louis XIV didampingi oleh Perdana Menteri Kardinal Mazarin dan Menteri keuangan yang bernama Colbert.
Ciri-ciri sistem pemerintahan Raja Louis XIV yang berkembang pada waktu itu adalah bergelar raja matahari (Le roi Soleil), menganggap dirinya wakil Tuhan di dunia (Le Droit Divine) sehingga rakyat harus tunduk, semboyan "negara adalah saya" (L'etat c'est mo), membangun istana Versailles, memerintah tanpa konstitusi (UUD), tidak ada pengawasan dari parlemen, kerena Dewan Perwakilan Rakyat sudah dibubarkan, tidak ada kepastian hukum bagi seluruh warga dengan mudah orang yang dicurigai diberi surat penangkapan (lettre de cachet) dan dipenjara, dan tanpa anggaran belanja yang pasti sehingga raja dan kerabat istana hidup berfoya-foya.
Latar belakang terjadinya Revolusi Prancis dikarenakan beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
1. Berkembangnya paham Rasionalisme dan Aufklarung
Paham Rasionalisme dan Aufklarung berkembang di Eropa sekitar abad ke-18. Paham-paham tersebut muncul setelah adanya gerakan renaisans dan humanisme yang menentang kekuasaan kaum gereja di gereja.
Paham Rasionalisme dan Aufklarung (pencerahan) merupakan paham yang menganggap bahwa pikiran merupakan sumber segala kebenaran, sehingga segala sesuatu yang tidak masuk akal dianggap tidak benar.
Tokoh-tokoh Rasionalisme dan Aufklarung di antaranya adalah : Denis Diderot dan J. d'Alembert yang membuat buku Encyclopedia, Montesquieu yang mengajarkan tentang Trias Politica dan Voltaire yang banyak menulis tentang kebebasan dan kemerdekaan.
2. Berkembangnya paham Romantisme
Romantisme muncul dan berkembang sekitar tahun 1750-an. Munculnya paham romantisme merupakan reaksi dari paham rasionalisme. Romantisme merupakan paham yang menjunjung tinggi perasaan dan menghargai naluri manusia.
Peran penting paham ini terhadap meletusnya Revolusi Prancis ketika kaum rasionalis tidak berani lagi meneruskan perjuangan, karena menurut perhitungan rasionalisme tidak mungkin dapat diselesaikan. Tekad yang irasional dari rakyat Prancis inilah yang nantinya mampu mengepung Prancis dalam Perang Koalisi.
Tokoh-tokoh penting romantisme yang banyak berpengaruh dalam Revolusi Prancis adalah J.J. Rousseau dengan karyanya yang terkenal berjudul : du Contract Sosial, yang artinya Perjanjian Masyarakat. Buku tersebut banyak mengulas tentang hak asasi manusia.
3. Pengaruh Revolusi Amerika
Munculnya negara Amerika Serikat membawa pengaruh besar di Eropa, terutama Prancis. Bagi warga Prancis terutama dari kalangan borjuis, peristiwa itu merupakan contoh bagaimana suatu negara seharusnya terbentuk. Negara seharusnya dibentuk dan diperintah oleh rakyat.
Kelahiran Amerika Serikat ternyata bersumber pada gagasan para pemikir Prancis. Kenyataan itu meyakinkan warga Prancis bahwa gagasan Montesqueiu, J.J. Rousseau, serta Voltaire memang dapat diwujudkan dalam suatu negara demokrasi. Terinspirasi oleh keberhasilan Revolusi Amerika, warga Prancis semakin bersemangat untuk berjuang demi kebebasan mereka.
4. Ketidakadilan di Prancis dalam sistem feodalisme
Sistem feodalisme di Prancis membagi masyarakat menjadi tiga golongan, antara lain sebagai berikut:
- Golongan I : golongan bangsawan dengan hak-hak istimewa dan memegang kekuasaan dalam pemerintahan.
- Golongan II : golongan ahli agama yang setia kepada raja.
- Golongan III : golongan dagang, pekerja dan rakyat kecil.
5. Pemerintahan di Prancis yang buruk
Pemerintahan di Prancis yang buruk dikarenakan kekuasaan tunggal raja yang pada masa pemerintahannya berubah menjadi tirani yang memberikan kelonggaran raja untuk bertindak sewenang-wenang. Kepentingan raja diutamakan sedangkan kepentingan rakyat dikesampingkan.
6. Adanya kekosongan kekuasaan (Vacuum of Power)
Kekosongan kekuasaan dikarenakan di Prancis sering terjadi suksesi pemerintahan.
7. Kekosongan kas negara
Penyebab kas negara kosong karena sejak Raja Louis XIV, raja-raja Prancis suka berfoya-foya dengan wanita-wanita cantik. Pada tahun 1789, ketika masa pemerintahan Louis XVI, beban negara sudah sangat berat dan di ambang kebangkrutan. Pengeluaran negara tidak sebanding dengan penghasilan atau pendapatan negara. Utang negara yang harus dibayarkan juga sangat besar.
Tujuan Revolusi Prancis
Keadaan politik dan masyarakat pada saat itu mendukung terjadinya Revolusi Prancis. Pelaksanaan Revolusi Prancis bertujuan untuk menumbangkan kekuasaan raja yang bersifat monarki absolut (feodal). Raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, sehingga menimbulkan kesengsaraan. Keadaan inilah yang akan dihilangkan dengan melaksanakan Revolusi.
Selanjutnya baca: Tahap terjadinya Revolusi Prancis
Kunjungi: Sejarah Dunia Lainnya