Asal usul manusia dari sudut biologi
Sejak berabad-abad lamanya manusia ingin menyingkap tabir tentang teka-teki asal-usulnya. Sejak munculnya ilmu pengetahuan tentang prasejarah dalam abad ke-18, banyak kemajuan dan penelitian. Ilmu pengetahuan tentang prasejarah itu disebut teori evolusi. Teori evolusi pada waktu itu banyak mendapatkan kecaman serta ditentang keras oleh banyak kalangan.
Namun, kini sedikit demi sedikit teori evolusi itu mulai dipahami dan diterima. Akan tetapi, jika persoalan sampai pada pembicaraan tentang asal-usul umat manusia, selalu menimbulkan problema baru, sehingga sampai saat ini belum diperoleh kesimpulan yang memuaskan tentang sejarah asal-usul manusia.
Dalam artikel sejarah ini diungkapkan sejarah manusia dari sudut logika materi biologi, misalnya yang bersangkutan dengan struktur, fisiologi dan sejarah manusia.
Untuk mengetahui asal-usul sejarah perkembangan manusia dapat diselidiki dengan menggunakan metode, yaitu mencari hubungan kekerabatan antara manusia dengan hewan, dan mempelajari fosil-fosil manusia yang ditemukan di berbagai lapisan bumi.
Di dalam klasifikasi, manusia termasuk dalam kelas mamalia yang memiliki ciri-ciri antara lain : menyusui anaknya, mempunyai rambut, dan mempunyai kelenjar-kelanjar keringat. Berdasarkan tanda-tanda tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perkerabatan antara manusia dan hewan, khususnya hewan-hewan menyusui.
Akan tetapi, terdapat ciri yang hanya dimiliki oleh manusia yang tak pernah dimiliki oleh hewan. Manusia adalah makhluk hidup yang paling tinggi derajatnya di dunia. Hanya manusialah makhluk yang berbudi dan berakal. Itulah yang membedakan antara manusia dengan hewan.
Selain itu, dengan ditemukannya fosil-fosil tua manusia maka dapatlah diperoleh gambaran mengenai spesies yang menjadi moyang manusia, setelah fosil-fosil tersebut direkonstruksi oleh para ahli anatomi.
Charles Darwin dalam bukunya "The Descent of Man" tentang asal-usul manusia yang diterbitkan pada tahun 1871, Darwin tidak pernah mempelajari fosil manusia yang pernah ditemukan. Ia menggunakan suatu metode, yaitu mencari hubungan perkerabatan antara manusia dengan primata.
Sebab, menurut Darwin antara manusia dengan primata terdapat hubungan kekerabatan yang dekat. Hal itu dapat ditunjukkan dari persamaan ciri-ciri, antara lain mata menghadap ke depan, ibu jari pada tungkai depan dapat digerakkan ke segala arah, letak kelenjar susu di depan, dan bentuk rahim yang simpleks.
Selain adanya persamaan antara manusia dan Primata, banyak juga dijumpai adanya perbedaan-perbedaan di antara keduanya. Misalnya, volume otak manusia lebih besar dari volume otak simpanse atau gorila, susunan hemoglobin manusia berbeda dengan susunan hemoglobin simpanse atau gorila, sehingga manusia termasuk Hominidae, sedangkan anggota keluarga kera termasuk ke dalam Pongidae.
Radiasi Primata
Diduga hewan pertama dari ordo Primata muncul pada kira-kira pada zaman Paleosin. Hewan-hewan yang tergolong kedalam ordo ini umumnya adalah penghuni pohon-pohonan. Kemudian hewan-hewan tersebut mengalami evolusi radiasi dan berkembang menjadi berbagai macam bentuk. Hanya manusia yang dalam perjalanan evolusinya telah menyimpang, sehingga menjadi suatu makhluk yang dapat hidup di atas tanah dengan berjalan tegak di atas kedua kakinya.
Perkembangan radiasi Primata dapat diikuti dari yang paling primitif sampai manusia adalah Tupaiidae, Lemuridae, Tarsiodae, Pongidae sampai Hominidae. Semakin tinggi perkembangan primata itu maka semakin tangkas hewan itu menggunakan tangan, volume otaknya semakin besar, dan permukaan otak besarnya semakin luas.
Adanya suatu anggapan bahwa semakin tinggi perkembangan hewan-hewan Primata semakin besar otaknya, maka otak manusia sekarang harus lebih besar daripada otak manusia purba.
Baca juga: 11 pendapat ahli tentang asal usul bangsa Indonesia
Baca juga: 11 pendapat ahli tentang asal usul bangsa Indonesia