Ramapithecus, Australopithecus, dan Homo Erectus
Sejak lama para ahli prasejarah memikirkan asal usul manusia yang akhirnya memulai tahun-tahun yang lalu banyak ditemukan fakta serta dari berbagai penelitian ditemukan teori-teori evolusi (termasuk evolusi manusia).
Pada tahun 1934, G.E. Lewis dari Universitas Yale, Amerika Serikat menemukan rahang-rahang yang menjadi fosil di pegunungan Siwalik, India. Fosil itu diberi nama Ramapithecus (menurut nama Tuhan bangsa India).
Ramapithecus yang diperkirakan pernah hidup sekitar 35 juta tahun yang lalu tersebut lebih dekat ke bentuk manusia daripada ke bentuk kera. Atas dasar itulah Lewis menduga bahwa Ramapithecus mungkin termasuk leluhur manusia.
Manusia kera dari Afrika Selatan
Dalam tahun 1924, Raymond Dart dari Universitas Witwatersand, Johanesburg, menemukan fosil tengkorak seorang anak kecil yang mirip tengkorak kera di Taung, Afrika Selatan. Fosil ini kemudian diberi nama Australopithecus (kera dari selatan).
Melihat wajah dan giginya, tengkorak itu setengah menyerupai manusia dan setengah menyerupai kera. Diperkirakan Australopithecus africanus hidup antara 6 sampai 1,5 juta tahun yang lalu. Fosil-fosil baru kemudian terus ditemukan. L.S.B. Leaky, di Olduvai George, Afrika Timur, menemukan fosil manusia kera, yaitu Australopithecus paleojavanicus.
Dari Amerika Selatan juga ditemukan fosil-fosil manusia purba, yang juga disebut manusia kera, yaitu : Australopithecines. Australopithecines ini tinggi tubuhnya kira-kira 1,5 meter, volume otaknya kira-kira 600 cm kubik (sedikit lebih lebar daripada gorila sekarang), gigi belakang yang besar seperti pada manusia.
Dua macam keturunan Australopithecines yaitu Australopithecus yang berukuran tidak lebih seperti orang kerdil modern adari Afrika dan Paranthropus yang sedikit lebih besar, mempunyai rahang sekuat gorila.
Australopithecus mulai dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki, serta mampu berlari di padang-padang terbuka. Namun, mereka bukanlah pejalan-pejalan yang baik. Mereka juga tidak lagi hidup di pohon-pohon dan penggunaan lengan tidak lagi seperti kera.
Homo Erectus
Tahun 1894, Eugene Dubois menemukan fosil berupa tulang paha, rahang, dan beberapa gigi di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Fosil manusia Jawa purba ini diberi nama Pithecanthropus erectus. Diduga, manusia purba ini adalah manusia purba yang pertama yang dapat berdiri tegak, sehingga disebut Homo erectus. Fosil manusia Jawa purba ini tinggi tubuhnya kira-kira 1,5 sampai 1,6 meter, berjalan tegak dengan volume otaknya sekitar 900 centimeter kubik.
Diduga sudah dapat membuat perkakas sederhana dari batu berupa kapak genggam, sudah mengenal api, dan lain-lain. Pithecanthropus erectus diperkirakan hidup pada zaman Pleistosin pertengahan (antara 500.000-300.000 tahun yang lalu).
Davidson Black, pada tahun 1920 di Peking (sekarang Beijing), Cina, menemukan beberapa fosil manusia Cina yang kemudian diberi nama Sinanthropus pekinensis. Diperkirakan manusia Peking ini hidup pada zaman yang sama dengan rekannya dari Jawa, yaitu pada zaman Pleistosin pertengahan.
Manusia Peking ini memiliki volume otak 1075 cm kubik, lebih besar daripada volume otak manusia Jawa. Keduanya memiliki struktur tubuh yang sama. Kebudayaan manusia Peking sudah lebih maju daripada manusia Jawa.
Baca juga: Tentang evolusi makhluk hidup
Baca juga: Tentang evolusi makhluk hidup