Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jayabaya versi kebatinan Kejawen

Jayabaya adalah raja Kerajaan Kediri yang sering diartikan sebagai kelahiran manusia pertama di Jawa, yakni di daerah Kediri, Jawa Timur. Di daerah ini terdapat dataran subur dan suasananya sangat nyaman untuk dihuni. Nama daerah tersebut adalah Pare, yang berasal dari kata pari yang berarti beras, makanan pokok manusia. Ini merupakan gambaran keberadaan manusia yang lahir di bumi dengan terjamin, karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya makanan.

Sebelum turun ke mayapada mewujudkan diri sebagai manusia yang hidup di bumi, Raja Jayabaya merupakan raja dewa dari kahyangan, surga, tempat para dewa dan dewi. Raja dewa itu bernama Wishnu, raja dewa kehidupan pelestari jagat.

Sejak masuknya pengaruh Hindu, di Jawa mulai timbul negeri dengan sistem kerajaan, menggantikan tata pemerintahan asli yang berupa kabuyutan, yang pemimpinnya disebut dewan pinisepuh, orang-orang tua. Nama-nama Hindu mulai diadopsi meskipun mereka adalah orang Jawa asli.

Dari domainnya, Wishnu mengamati bumi dengan seksama, mencari tempat yang nyaman untuk dijadikan kerajaan. Kemudian, ia merasa cocok untuk tinggal di Kediri. Dewa yang ingin menjadi manusia bumi harus memenuhi syarat-syaratnya.

Seperti diketahui, dewa tinggal di kahyangan, alamnya dewa, alamnya sukma, spirit, roh, tidak memakai badan fisik, karena berbadan sinar. Sedangkan hidup di bumi sukma harus memakai pakaian yang berwujud badan fisik dan eteris, atau istilah lokalnya badan kasan dan bacan halus.

Gambar ilustrasi Jayabaya versi kebatinan Kejawen

Badan fisik dan eteris itu berintikan elemen-elemen alam, yakni api, udara, air, serta tanah, dan semua itu harus dalam keadaan sehat, dengan piranti-pirantinya yang bekerja canggih. Sukma yang menyatu dengan raga harus sinergis, semua sistemnya bekerja dengan sempurna, sehingga menjadi manusia yang biasa hidup normal dan mampu berkiprah lahir batin. Kalau penyatuan sukma dengan raga tidak pas, tidak sempurna, maka yang terwujud adalah manusia cacat badan, pikiran atau mental.

Untuk terwujudnya manusia yang normal, persyaratannya adalah niat baik yang diberkahi oleh Sang Sukma Agung, pencipta kehidupan. Manifestasi kehidupan sukma di bumi adalah lewat kelahiran seorang bayi. Bayi yang sehat lahir batin yang dilahirkan dari gua garba ibu setelah berhasil dibuahi bapak. Sehingga perlu adanya bapak yang sehat lahir batin, menyatu dalam rasa dan raga, sehingga tumbuhlah janin.

Dengan sepengetahuan Sang Sukma Agung, sukma yang sesuai akhirnya turun ke bumi, mendapatkan pakaian baru berupa raga fisik eteris. Lahirlah seorang manusia baru dengan misi yang harus dilaksanakan di dunia. Manusia adalah sukma, spirit, roh yang berbadan raga fisik dan eteris. Sukma tidak akan rusak untuk selamanya, sedangkan badan atau raga akan rusak. Sukma akan kembali ke asal muasalnya, keharibaan Sang Sukma Agung.

Pemahaman manusia tentang sukma ini jangan dibalik menjadi raga hidup yang bernyawa, seperti yang dianut sebagian orang. Akhirnya orang tersebut dalam hidupnya mengutamakan kepentingan raga, ingin selalu mengenakan raganya sendiri, sehingga kelakuannya penuh nafsu, mau makanan enak, kuasa, dan kaya duniawi yang egoistis. Mereka lupa pada misi hidup pokok yang sebenarnya. Di bumi, ia justru senang gontok-gontokan dan berkelahi dengan makhluk lain.

Sukma yang berhasil terlahir menjadi bayi, hidup sehat lahir batin, itu telah melalui perjalanan perjuangan yang maha hebat. Dari beribu-ribu bahkan jutaan benih yang meluncur ke gua garba ibu, hanya satu yang berhasil menjadi bayi.

Inilah sukma yang lulus menjadi bayi, dia menang, jaya, terlepas dari segala bahaya, baya, dan menjadi bayi manusia, Jayabaya. Oleh karena itu, Jayabaya berarti sukma yang jaya hidup ke dalam diri, badan manusia. Inilah pemahaman sejati mengenai terjadinya kehidupan manusia yang sudah sejak dahulu merupakan ajaran Kejawen.

Baca juga: 9 bait terakhir ramalan Jayabaya