Zaman Kalajaya (zaman Orde Baru)
Tahapan ketiga setelah zaman Kalasakti adalah zaman Kalajaya. Banyak orang menafsirkan bahwa zaman Kalajaya adalah masa Orde Baru. Menurut ramalan Jayabaya, pada zaman ini banyak orang ulah kekuatan untuk tulang punggung kehidupannya.
Bisa dibilang, masa Orde Baru adalah masa kejayaan Indonesia, terlepas dari gaya diktator dan otoriter sang empunya Orba, Soeharto, sama seperti yang telah diramalkan Jayabaya.
Zaman Keunggulan
Artinya, Indonesia sudah memasuki zaman kestabilan dan keunggulan bangsa. Pertumbuhan ekonomi nasional bangkit dan berkembang pesat. Namun, sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut, bayangan para pejabat yang korupsi mulai menghantui, hingga Indonesia mulai menumpuk hutang.Bisa dibilang, masa Orde Baru adalah masa kejayaan Indonesia, terlepas dari gaya diktator dan otoriter sang empunya Orba, Soeharto, sama seperti yang telah diramalkan Jayabaya.
Dengan demikian, jika melihat sejarah perkembangan Indonesia pada masa Orde Baru, di mana di sektor ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, maka dapat dibilang ramalan Jayabaya telah terbukti benar.
Di awal Orde Baru, Soeharto (presiden Ri kedua) berusaha keras membenahi ekonomi yang terpuruk dan berhasil untuk beberapa lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika diperintah Soeharto dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun.
Di awal Orde Baru, Soeharto (presiden Ri kedua) berusaha keras membenahi ekonomi yang terpuruk dan berhasil untuk beberapa lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika diperintah Soeharto dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun.
Emil Salim, orang yang dahulu dikenal sebagai salah satu seorang penasihat ekonomi presiden menambahkan, langkah pertama yang diambil pak Harto yang bisa dikatakan berhasil adalah mengendalikan inflasi dari 650% menjadi di bawah 15% dalam waktu hanya dua tahun.
Menekan Inflasi
Untuk menekan inflasi yang begitu tinggi, pak Harto membuat kebijakan yang berbeda jauh dengan kebijakan Soekarno. Hal ini ia lakukan dengan menertibkan anggaran, menertibkan sektor perbankan, mengembalikan ekonomi pasar, memperhatikan sektor ekonomi, dan merangkul negara-negara Barat untuk menarik modal.
Setelah itu, dikeluarkan ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1996 tentang Pembaruan Kebijakan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan
Namun, sayangnya, keberhasilan Pak Harto menekan inflasi tersebut tidaklah murah. Indonesia harus menebusnya dengan harga yang sangat mahal, yakni ketergantungan terhadap modal asing, seperti IMF dan Bank Dunia.
Lewat modal asing itulah Orde Baru mulai membangun Indonesia melalui kebijakan yang dikenal dengan istilah Pelita (Pembangunan lima tahun).
Meski Pelita berhasil mengubah Indonesia menjadi negara besar dan memberikan kejayaan sebagaimana digambarkan Jayabaya dalam ramalannya, namun harga yang harus dibayar negeri ini sangatlah mahal. Yakni hutang luar negeri yang menumpuk hingga sekarang. Hal tersebut semakin diperparah dengan membudayanya praktik korupsi di tingkat pemerintahan Orde Baru.