3 hasil kesepakatan Konferensi Yalta
Setelah Perang Dunia II berakhir, dalam catatan sejarah terjadilah Perang Dingin. Pada waktu berlangsung Perang Dunia II, negara-negara yang bertikai bersatu melawan Jerman, Italia, dan Jepang.
Berkumpulnya The Big Three
Saat berlangsung PD II Franklin Delano Roosevelt (pemimpin Amerika Serikat), Joseph Stalin (pemimpin Uni Soviet), dan Winston Churchill (pemimpin Inggris mengadakan pembicaraan di Teheran, Iran pada bulan Desember 1943. Tiga orang pemimpin tersebut dikenal dengan sebuah The Big Three.Pembicaraan ketiga pemimpin tersebut dikenal sebagai Konferensi Teheran. Dalam Konferensi Teheran selain menyetujui akan bertempur terus melawan Jepang, juga berusaha menyusun strategi untuk mengalahkan Jerman.
Akhirnya diputuskan bahwa untuk mengalahkan Jerman, Amerika Serikat dan Inggris akan menyerang Jerman melalui wilayah Balkan. Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan Inggris di Laut Tengah bagian timur apabila dilakukan serangan langsung ke Jrrman.
Franklin Delano Roosevelt, Joseph Stalin dan Winston Churchill |
Sementara itu, pasukan Uni Soviet bertugas membebaskan Eropa Timur dari Jerman. Soviet berhasil mematahkan perlawanan Jerman di Eropa Timur. Bahkan Uni Soviet berhasil menguasai Polandia, Bulgaria, Rumania, Hungaria, Yugoslavia, dan Cekoslowakia. Atas keberhasilan Uni Soviet tersebut Roosevelt mulai mengkhawatirkan terhadap langkah-langkah Soviet tersebut.
Hasil Kesepakatan Konferensi Yalta
Pada tanggal 4 - 11 Pebruari 1945, di Semenanjung Krim Yalta di selenggarakan konferensi yang dihadiri oleh para pemimpin tiga besar negara Sekutu. Pertemuan tersebut dikenal dengan Konferensi Yalta. Konferensi Yalta menghasilkan kesepakatan utama, yaitu sebagai berikut :
- Rencana penyerahan tanpa syarat Jerman. Pendudukan Jerman akan dikuasai Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet.
- Rencana konferensi pembentukan PBB di San Fransisco pada tanggal 25 April 1945.
- Rencana Uni Soviet memaklumkan perang terhadap Jepang setelah kekalahan Jerman dengan kompensasi pemberian wilayah Sakhalin Selatan, Kepulauan Kuril, serta pengembalian Potr Arthur dan Dairen kepada status semula pada tahun 1904. Sedangkan jalan kereta api Manchuria akan dikuasai bersama oleh Cina dan Uni Soviet.
Untuk masalah Polandia dan negara-negara di Eropa Timur, para pemimpin tiga negara besar masih berusaha mencari kompromi dalam Konferensi Yalta. Para pemimpin tersebut terutama Inggris dan Amerika Serikat berharap pemerintahan negara-negara di Eropa Timur harus dipilih secara bebas, kecuali yang sudah mendukung dan didukung Uni Soviet.
Kompromi mengenai negara-negara di Eropa timur itu ternyata gagal. Bahkan sebelum Konferensi Yalta berlangsung wilayah Polandia dan Bulgaria telah dikuasai Uni Soviet. Dengan demikian seluruh kawasan Eropa Timur sudah berada dalam kendali Uni Soviet.
Konferensi Postdam
Sementara itu, di Amerika Serikat terjadi pergantian pemimpin. Presiden Franklin Delano Roosevelt meninggal dan diganti oleh Harry S. Truman yang berkarakter lebih keras. Pada waktu diadakan Konferensi Postdam pada tanggal 2 Agustus 1945, masalah Eropa Timur diungkit kembali.
Konferensi Postdam dianggap sebagai asal mula terjadinya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Presiden Harry S. Truman menghendaki agar diselenggarakan pemilu bebas di seluruh negara di kawasan Eropa Timur. Namun keinginan tersebut ditolak oleh Stalin dengan menyatakan bahwa pemerintahan yang dibentuk melalui pemilu di Eropa Timur akan membentuk pemerintahan yang Anti-Uni Soviet.
Pemerintah Amerika Serikat sebenarnya telah berusaha menekan Uni Soviet untuk memuluskan niatnya dengan cara menghentikan bantuan ekonominya sebelum Konferensi Postdam dilaksanakan, namun ternyata gagal.
Kebuntuan masalah Eropa Timur setelah Konferensi Postdam menyebabkan Amerika Serikat mulai bersikap keras. Pada bulan Oktober 1945 Presiden Truman menyatakan bahwa pemerintah AS tidak akan mengakui suatu pemerintahan yang dibentuk dengan paksaan tanpa mendengar keinginan rakyatnya.
Dalam ketegangan tersebut, Inggris mendukung Amerika Serikat. Hal ini tidaklah mengherankan, karena AS dahulunya adalah koloni Inggris. Selain itu, persamaan ideologi di antara keduanya menjadikan kedua negara tersebut saling membantu.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill dalam kunjungannya ke Amerika Serikat menyatakan bahwa tirai besi telah digelar di sepanjang daratan Eropa dengan membagi Jerman dan Eropa dalam dua kubu yang berlawanan.
Kunjungi: Sejarah Dunia Lainnya