Sejarah berdirinya industri pesawat terbang di Indonesia
Sejarah berdirinya industri pesawat terbang di Indonesia. Teknologi pesawat terbang pada masa Perang Dunia I mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Para perancang pesawat Eropa, Louis Bleriot dan Herman Fikker (Insinyur berkebangsaan Amerika - Belanda) membangun konsep dasar pesawat tempur berdasarkan rancangan Wright bersaudara. Pesawat tersebut diberi nama Fokker's biplanos yang yang banyak digunakan oleh Jerman.
Pada masa Perang Dunia II produksi pesawat terbang difokuskan pada pesawat tempur dan pesawat pengebom. Setelah Perang Dunia II pesawat tempur tersebut dialihfungsikan menjadi pesawat sipil.
Di Indonesia perkembangan teknologi transportasi udara juga menjadi salah satu kebutuhan rakyat Indonesia yang semakin berkembang pesat dari waktu ke waktu. Setelah Indonesia merdeka, semakin terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk membuat pesawat terbang sendiri, mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang tentu saja memerlukan sarana transportasi udara untuk kelancaran pemerintahan, pembangunan ekonomi dan pertahanan keamanan.
Pesawat terbang Indonesia
Sejarah berdirinya industri pesawat terbang di Indonesia berawal pada sebuah bangunan bekas gudang kapuk di Magetan. Pada tahun 1946 dirakit pesawat terbang pertama dengan bahan-bahan dari Indonesia oleh putra-putri Indonesia yang diberi bana NWG-1, sesuai dengan inisial pembuatnya, yaitu : Nurtanio Pringgoadisuryo dan Wiweko Supono. NWG-1 berjenis pesawat layang jenis zogling tanpa mesin yang biasa dipakai untuk olah raga terbang layang.
Setelah berhasil pembuatan NWG-1, kemudian Nurtanio mencoba merakit pesawat bermesin dengan mesin sepeda motor jenis Harley Davidson buatan tahun 1928. Kerangka pesawat tersebut terbuat dari kayu dengan pipa baja yang dilapisi kain blacu. Pesawat tersebut mampu terbang dan diberi nama WEL (Wiweko Experimenttal Lightplane).
Pada tahun 1953 bersama dengan lima belas orang staf, Nurtanio berhasil membangun pesawat serba logam pertama yang berkursi tunggal. Pesawat tersebut diberi nama Kumbang. Pada tanggal 17 April 1958 Si Kumbang mampu terbang melintasi Pulau Jawa. Setelah Si Kumbang kemudian muncul Belalang yang digunakan untuk melatih calon penerbang AURI. Kemudian menyusul Kunang 25, Kepik, Mayang, dan muncul prototipe helikopter.
Pembuatan pesawat tersebut merupakan proyek besar, sehingga perlu menjalin hubungan dengan pabrik asing, yaitu pabrik pesawat Cekop dari Polandia. Tujuan kerja sama tersebut untuk memproduksi pesawat Wilga dalam skala besar, sehingga proyek ini diberi nama Wilga oleh Presiden Soekarno.
Namun, pada tanggal 21 Maret 1966 Nurtanio mendapat musibah ketika pesawat yang ditumpanginya jatuh di Kiara Condong (Bandung), sehingga menghentikan proyek besarnya.
Perkembangan transportasi udara di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain meningkatnya jumlah penumpang maupun barang sejak tahun 1970-an, bertambahnya jumlah bandar udara dan kemampuan operasional, serta pembangunan lapangan terbang perintis di beberapa provinsi.
Perusahaan penerbangan nasional pertama adalah Garuda Indonesia yang mulai melayani penerbangan pada tanggal 26 Januari 1949 menggunakan pesawat DC3 yang dibeli rakyat Aceh dan diberi nama Seulawah. Seiring tumbuhnya perekonomian Indonesia pada tahun 1970-an mulai berkembang pula perusahaan penerbangan milik pemerintah dan swasta.
Sebagai upaya mengembangkan teknologi dan industri penerbangan, pada tanggal 28 April 1976 didirikan industri pesawat terbang Nurtanio yang diprakarsai B.J. Habibie. Dalam perkembangannya, perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Sejak saat itulah mulai tumbuh dan berkembang industri pesawat terbang modern dan lengkap di Indonesia.
Pada periode inilah semua aspek prasarana, sarana, SDM, hukum, dan regulasi serta aspek lainnya yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat terbang berusaha ditata. Melalui IPTN, dikembangkan suatu konsep alih teknologi dan industri progresif yang ternyata memberikan hasil optimal dalam penguasaan teknologi kedirgantaraan dalam waktu yang relatif singkat.
IPTN telah berhasil merakit dan memproduksi berbagai jenis pesawat terbang dan helikopter, melalui kerja sama dengan beberapa penerbangan besar internasional. Sejak akhir tahun 1980-an, IPTN mulai melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan pembuat pesawat terbang asing untuk membuat beberapa komponen pesawat terbang.
Pada tahun 1995, IPTN memproduksi pesawat N-250 dan telah berhasil diterbangkan. Hasil rancangan IPTN tersebut diharapakan mampu bersaing di pasar dunia dengan jenis-jenis produksi pesawat lainnya. IPTN direstrukturisasi pada tanggal 24 Agustus 2000 dan kemudian berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Baca juga: Sejarah Awal Mula Pesawat Terbang
Itulah sekilas pembahasan tentang Sejarah berdirinya industri pesawat terbang di Indonesia, semoga menjadikan catatan sejarah teknologi nusantara.
Baca juga: Sejarah Awal Mula Pesawat Terbang
Itulah sekilas pembahasan tentang Sejarah berdirinya industri pesawat terbang di Indonesia, semoga menjadikan catatan sejarah teknologi nusantara.