Tentang kerajaan Pajajaran
Setelah Kerajaan Tarumanegara runtuh, di Jawa Barat tidak menunjukkan adanya kegiatan politik atau aktivitas sebuah kerajaan yang berdiri. Namun, setelah ditemukan berita-berita pendukung, diketahui bahwa di Jawa Barat pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Pajajaran. Tetapi tidak pernah diketahui dengan pasti di mana pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran.
Sumber sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Pajajaran dapat diketahui dengan melalui sumber prasasti maupun kitab-kitab cerita.
a. Prasasti
- Prasasti Rakryan Juru Pangambat, yang memuat pengembalian kekuasaan raja Pajajaran, kemungkinan Kerajaan Pajajaran pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Timur atau Sriwijaya.
- Prasasti Horen, adalah prasasti yang berasal dari kerajaan Majapahit yang menyebutkan bahwa penduduk di kampung Horen sering tidak merasa aman karena adanya gangguan-gangguan musuh dari arah barat. Musuh yang dimaksud kemungkinan adalah Kerajaan Pajajaran.
- Prasasti Citasih, dibuat untuk memperingati bangunan Sang Hyang Tapak, yaitu sebagai tanda terima kasih raja terhadap pasukan Pajajaran yang berhasil memenangkan perang melawan pasukan dari Swarnabhumi.
- Prasasti Astanagede (di Kawali, Ciamis), yang menyatakan tentang perpindahan pusat pemerintahan dari Pakwan (Pakuan) Pajajaran ke Kawali.
b. Cerita Kitab
- Kitab Carita Kidung Sundayana, yang menceritakan kekalahan pasukan Pajajaran dalam pertempuran di Bubat (Majapahit) dan tewasnya Raja Sri Baduga beserta putrinya.
- Kitab Cerita Parahyangan, yang menceritakan bahwa pengganti Raja Sri Baduga setelah Perang Bubat bernama Hyang Wuni Sora.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran adalah sebagai berikut :
- Maharaja Jayabhupati
- Rahyang Niskala Wastu Kencana
- Rahyang Dewa Niskala
- Sri Baduga Maharaja
- Hyang Wuni Sora
- Ratu Samian atau Prabu Surawisesa
- Prabu Ratu Dewata
Keadaan Masyarakat
a. Kehidupan sosial
Stratifikasi sosial masyarakat Kerajaan Pajajaran digolongkan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut :
- Golongan seniman (pemain gamelan, pemain wayang, dan pemain badut)
- Golongan petani
- Golongan pedagang
- Golongan penjahat
b. Kehidupan ekonomi
Kehidupan masyarakat Kerajaan Pajajaran bersumber dari kegiatan pertanian dan perdagangan. Masyarakat yang tinggal di pedalaman dari kegiatan pertanian, sedangkan masyarakat yang hidup di daerah pantai hidup dari hasil perdagangan.
Mereka sudah melakukan hubungan dagang tidak saja antardaerah, tetapi juga dengan luar negeri, yaitu dengan para pedagang yang berasal dari Asia Tenggara dan India (Kambay). Mereka telah mengenal mata uang sebagai alat pembayaran, yaitu mata uang Cina.
Di kerajaan Pajajaran ada 6 pelabuhan penting yang berkembang pada saat itu. Pelabuhan tersebut adalah sebagai berikut :
- Banten, dipimpin oleh seorang Syahbandar. Pelabuhan ini menjadi pusat ekspor beras, bahkan makanan dan lada.
- Pontang, hampir sama dengan Banten.
- Cigede, wilayah perdagangannya meliputi Pariaman, Andalas, Tulang Bawang, dan Sekampang.
- Tamgara, tidak diketahui daerah perdagangannya.
- Kalapa, merupakan pelabuhan yang terpenting dan terbesar yang hubungan dagangnya sudah mencapai Sumatra, Palembang, Lawe, Tanjung Pura, Malaka, Makasar, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura.
- Cimamuk, sebagai pelabuhan Pajajaran yang paling timur dan para pedagangnya sudah banyak yang masuk Islam.
Kehidupan Budaya
Hasil budaya Kerajaan Pajajaran berupa karya sastra seperti Kitab Parahyangan yang berasal dari abad ke-16 dan Kitab Siksakanda yang berasal dari tahun 1518 yang mengungkapkan tentang sistem pemerintahan di Kerajaan Pajajaran.