Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kemajuan pendidikan, perpustakaan dan toko buku zaman Abbasiyah

Salah satu kemajuan yang diraih masa Dinasti Abbasiyah selanjutnya adalah kemajuan dalam bidang pendidikan, perpustakaan dan toko buku. Sebagai catatan sejarah Islam, lembaga pendidikan Islam pertama untuk pengajaran yang lebih tinggi tingkatannya adalah Bait Al-Hikmah (Rumah Kebijakan) yang didirikan oleh Al-Ma'mun (830 M) di Baghdad, ibukota negara .

Selain berfungsi sebagai biro penerjemahan, lembaga Bait Al-Hikmah juga dikenal sebagai pusat kajian akademis dan perpustakaan umum, serta memiliki sebuah observatorium. Pada saat itu, observatorium-observatorium yang banyak bermunculan juga berfungsi sebagai pusat-pusat pembelajaran astronomi.

Fungsi lembaga Bait Al-Hikmah persis sama dengan rumah sakit, yang pada awal kemunculannya sekaligus berfungsi sebagai pusat pendidikan kedokteran. Akan tetapi, akademi Islam pertama yang menyediakan berbagai kebutuhan fisik untuk mahasiswanya, dan menjadi model bagi pembangunan akademi-akademi lainnya adalah Nizhamiyah yang didirikan oleh Nizham Al-Mulk, seorang menteri dari Persia pada kekhalifahan Bani Saljuk, Sultan Alp Arslan, dan Maliksyah, yang juga merupakan penyokong Umar Al-Khayyam,

Dinasti Saljuk, sebagaimana Dinasti Buwaihiyah dan sultan-sultan non-Arab lainnya yang mengemban kekuasaan besar atas kehidupan umat Islam bersaing satu sama lain dalam hal pengembangan seni dan pendidikan yang lebih tinggi.

Perpustakaan (khizanat al-kutub) dibangun di Syiraz oleh penguasa Buwaihi, Adud Ad-Dawlah (977-982) yang semua buku-bukunya disusun di atas lemari-lemari, didaftar dalam katalog, dan diatur dengan baik oleh staf administrator yang berjaga secara bergiliran.

Pada abad yang sama, kota Bashrah memiliki sebuah perpustakaan yang di dalamnya para sarjana bekerja dan mendapatkan upah dari pendiri perpustakaan. Di kota Rayy terdapat sebuah tempat yang disebut Rumah Buku. Dikatakan bahwa di tempat tersebut menyimpan ribuan manuskrip yang diangkut oleh lebih dari empat ratus ekor unta. Seluruh naskah itu kemudian didaftar dalam sepuluh jilid katalog.

Selain perpustakaan, gambaran tentang budaya baca pada periode ini bisa juga dilihat dari banyaknya toko buku. Toko-toko yang juga berfungsi sebagai agen pendidikan tersebut mulai muncul sejak awal kekhalifahan Abbasiyah.

Al-Ya'qub meriwayatkan bahwa pada masanya (sekitar 891) ibukota negara diramaikan oleh lebih dari seratus toko buku yang berderet di satu ruas jalan yang sama. Sebagian toko buku tersebut sebagaimana toko-toko yang muncul di Damaskus dan Kairo.
Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com