Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Islamisasi masyarakat dan kemajuan kedokteran zaman Abbasiyah

Kemajuan yang diraih masa Dinasti Abbasiyah selanjutnya adalah Islamisasi masyarakat. Sebanyak 5.000 orang Kristen Banu Tanukh di dekat Alleppo mengikuti perintah Khalifah Al-Mahdi untuk masuk Islam. Proses konversi secara normal berjalan lebih gradual, damai, dan bersifat pasti.

Kebanyakan konversi yang dilakukan oleh penduduk taklukan didorong oleh motif kepentingan individu, agar terhindar dari pajak dan sejumlah aturan lain yang membatasi, agar mendapat prestise sosial dan pengaruh politik, serta menikmati kebebasan dan keamanan yang lebih besar.

Penduduk Persia baru beralih ke agama Islam pada abad ketiga setelah wilayah itu dikuasai Islam. Sebelumnya mereka menganut Zoroaster.

Kemajuan bidang kedokteran

Dari tulisan Ibu Maskawayh, kita mendapatkan sebuah risalah sistematik berbahasa Arab paling tua tentang optalmologi. Sebuah buku berjudul Al-'Asyr Maqalat fi Al- 'Ayn (Sepuluh Risalah tentang mata) yang dianggap sebagai karya muridnya.

Hunayn Ibn Ishaq, telah diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai buku teks tentang optalmologi paling awal yang kita miliki. Minat orang Arab terhadap ilmu kedokteran diilhami oleh hadis Nabi yang membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok, yaitu : teologi dan kedokteran. Dengan demikian, seorang dokter sekaligus merupakan seorang teolog.

Ali ibn Al-Abbas (Haly Abbas, w. 994), yang awalnya menganut ajaran Zoroaster, sebagaimana terlihat dari namanya, Al-Majusi, dikenal sebagai penulis buku Al-Kitab Al-Maliki (buku raja, Liber regius), yang ia tulis untuk Raja Buwayhi, Adhud Ad-Dawlah Fanna Khusraw, yang memerintah antara 949 hingga 983. Karya ini yang disebut juga Kamil Ash-Shind'ah Ath-Thibbiyah, sebuah kamus penting yang meliputi pengetahuan dan praktik kedokteran.

Nama paling terkenal dalam catatan kedokteran Arab setelah Ar-Razi adalah Ibn Sina (Avicenna, yang masuk ke bahasa Latin melalui bahasa Ibrani, Aven Sina, 980-1037), yang disebut oleh orang Arab sebagai Asy-Syaikh Ar-Ra'is, "pemimpin" (orang terpelajar) dan "pangeran" (para pejabat.

Ar-Razi lebih menguasai kedokteran daripada Ibn Sina, sedangkan Ibn Sina lebih menguasai filsafat daripada Ar-Razi. Dalam diri seorang dokter, filosof, dan penyair inilah ilmu pengetahuan Arab mencapai titik puncaknya dan berinkarnasi.

Di antara karya-karya ilmiahnya, dua buku yang paling unggul adalah Kitab Asy-Syfa' (buku tentang penyembuhan), sebuah buku ensiklopedia filsafat yang didasarkan atas tradisi Aristotelian yang telah dipengaruhi oleh neo-Platonisme dan teologi Islam, serta Al-Qanun fi Ath-Thibb, yang merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani - arab.

Teks berbahasa Arab dari buku Al-Qanun diterbitkan di Roma pada 1593, dan kemudian menjadi salah satu buku berbahasa Arab tertua yang pernah diterbitkan. Diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke 12, buku tersebut, dengan seluruh kandungan ensiklopedisnya, susunannya yang sistematis, dan penuturannya yang filosofis, segera menempati posisi penting dalam literatur kedokteran masa itu, menggantikan karya-karya Galen, Ar-Razi, dan Al-Majusi, serta menjadi buku teks pendidikan kedokteran di sekolah-sekolah Eropa.

Demikian sekilas sejarah tentang Islamisasi masyarakat dan kemajuan kedokteran zaman Abbasiyah yang merupakan kemajuan yang diraih masa Dinasti Abbasiyah. Smoga menjadi catatan sejarah Islam.
Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com