Perkembangan Abbasiyah bidang pertanian
Perkembangan Abbasiyah bidang pertanian - Bidang pertanian merupakan salah satu Kemajuan yang diraih masa Dinasti Abbasiyah. Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, karena pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang dikenal dengan nama Sawad.
Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang statusnya mengalami peningkatan pada masa rezim baru. Lahan-lahan pertanian yang terlantar, dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun kembali secara bertahap.
Daerah rendah di lembah Tigris-Efrat, yang merupakan daerah terkaya setelah Mesir, dan dipandang sebagai surga Aden, mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Mereka membuka kembali saluran irigasi yang lama dari sungai Efrat, dan membuat saluran irigasi baru, sehingga membentuk sebuah jaringan yang sempurna.
Ada 113 kanal besar pertama yang disebut Nahr 'Isa setelah digali kembali oleh keluarga Al-Manshur, menghubungkan aliran sungai Efrat di Anbar sebelah barat laut dengan sungai Tigris di Baghdad. Salah satu cabang utama Nahr 'Isa adalah Sharah.
Kanal terbesar kedua adalah Nahr Sharshar, yang bertemu dengan sungai Tigris di daerah Madain. Kanal ketiga adalah Nahr Al-Malik (sungai raja) yang tersambung ke sungai Tigris di bawah Madain. Di bawah dua sungai tersebut terdapat Nahr Kutsa dan Sharah Besar, yang mengairi sejumlah saluran.
Kanal lainnya adalah Dujayl merupakan sungai yang lebih kecil dari Diljah, Tigris, yang awalnya menghubungkan Tigris dengan Efrat. Semakin dangkal pada abad ke-10, dan nama itu kemudian menjadi nama kanal baru berbentuk oval, yang merupakan cabang dari sungai Tigris di bawah Kadisiyah dan membuat beberapa cabang lain sebelum akhirnya bertemu kembali dengan sungai Tigris.
Kanal lainnya yang kurang penting adalah Nahr Ash-Shilah yang digali di Wash oleh Al-Mahdi. Para ahli geografi Arab menyebutkan beberapa khalifah yang menggali atau membuka saluran yang dalam kebanyakan kasus sebenarnya hanya menggali dan membuka kembali kanal-kanal yang pernah ada sebelumnya sejak masa Babilonia.
Di Irak dan Mesir, yang dilakukan adalah mengaktifkan kembali jaringan kanal lama. Bahkan, sebelum Perang Dunia Pertama, Sir William Willcock yang ditugaskan oleh pemerintahan Utsmani untuk mengkaji persoalan irigasi di Irak, merekomendasikan untuk membuka lagi aliran sungai yang lama daripada membangun kanal-kanal baru.
Tanaman asli Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas, dan rami. Daerah yang sangat subur berada di bantaran tepian sungai ke selatan, Sawad, yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran, yang tumbuh di daerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan beragam bunga seperti bunga mawar dan violet juga tumbuh subur.