Si Pisau Tajam dari Wild West
Pertikaian berdarah antara pendatang dan pribumi Amerika, menjadi kisah umum selama sekitar dua abad. Kolonis dari tanah Eropa yang berempat musim, makin meruak melebar masuk ke kawasan pedalaman. Pemukiman Indian di sepanjang tepian sungai besar Mississippi dan sungai lumpur Missouri perlahan-lahan di tekan dan ditembak serta digebah setengah mati.
Tanah Amerika adalah tanah tumpah darah bagi penduduk aslinya. Persaingan sesama kolonis Eropa pun makin jelas apa maunya, mereka bersaing dan jika perlu baku bunuh dan tembak hanya untuk menguasai suatu daerah tertentu.
Tak lama kemudian Amerika Serikat menyatakan dirinya menjadi negara, artinya orang Indian sudah jelas nasibnya, yakni menjadi orang terjajah di tanah airnya sendiri. Namun gelombang penumpasan dan peperangan tak imbang antara Indian dan si 'muka pucat' terus saja meletup di mana-mana.
Sejak pertengahan abad ke-18 muncul nama-nama besar kepala suku Indian, misalnya Pontiac dari kelompok Ottawa, si Elang Hitam dari kelompok Winnebago, Pottawomi dan Kickapoo.
Tahun 1829 ketika Andrew Jackson menjadi Presiden Amerika Serikat, tercatat peristiwa kepahlawanan orang Amerika membasmi pemberontak Indian. Sampai-sampai Presiden As ini dijuluki si Pisau Tajam karena kebijaksanaannya dalam Kongres AS: "Saya sarankan agar orang Indian ini menempati saja daerah barat hulu Sungai Mississippi ... biarkan mereka hidup terpisah di sana, selama mereka mampu bertahan hidup."
Lalu si Pisau Tajam ini merestui tentara AS membantai ribuan orang Indian dari kelompok Suku Cherokee, Chikasaw, Chotaw, Creek dan Seminole di kawasan selatan bumi Amerika, demi keamanan dan kenyamanan hidup kaum muka pucat di tanah tuan tanah mereka.
Akhirnya keluarlah rekomendasi dari Andrew Jackson pada tanggal 28 Mei 1830, berisikan seruan agar orang kulit putih sebaiknya jangan hidup bersama orang Indian. Kemudian pada tanggal 30 Juni 1836, disahkan rekomendasi itu menjadi peraturan agar tak terjalin hubungan sosial dan perdagangan antara orang kulit putih dengan Indian, demi tak terjadinya kerusuhan berdarah di kedua belah pihak.
Mulai saat itu, makin mantaplah sebutan daerah perbatasan atau frontier yang sering diberi embel-embel menjadi wild frontier, atau malah makin seram dalam istilah perkoboiannya, Wild West.
Kejadian besar pun tiba, tahun 1848 di kota California ditemukan tambang emas. Ribuan orang kulti putih terkena demam memburu emas. Mereka tak peduli lagi melintasi daerah keramat wild frontier yang diketahui dimukimi pribumi Indian, seteru bebuyutan.
Orang Indian sendiri yang tadinya hanya terbiasa menyaksikan iring-iringan kereta pedagang, pemburu dan penyiar agama, kini terkejut menyaksikan konvoi berisi keluarga besar orang kulit putih.
Sudahlah, nasib pribumi ini kian terdesak, karena bangsa Amerika di saat itu betul-betul sudah menganggap tanah, hutan dan sumber tambang ini milik mereka. Bahkan tahun 1850, California segera dinyatakan menjadi negara bagian ke-31 Amerika Serikat.
Orang Indian yang tadinya dikucilkan hidupnya makin terusik. Sedangkan sesama orang Amerika putih, mulai timbul benih perselisihan paham, akhirnya meledakkan pertentangan.
Tahun 1860-an, di Amerika Serikat terjadi Perang Saudara antara Si Mantel Biru dari Utara melawan si Mantel Kelabu dari Selatan. Di saat itu populasi orang Indian yang hidup di belahan barat Sungai Mississippi tercatat tinggal 300.000-an jiwa, atau sudah tinggal sepertiganya saja.
Di waktu itu orang Indian yang masih bertahan hanyalah orang Sioux, Dakota, Cheyenne, Comanche, Kiowa, Arapaho, Navaho, Paiute, Apache dengan subkelompoknya.
Muncullah nama besar nama besar pahlawan Indian legendaris yang menakutkan kavaleri, infanteri, dan artileri berseragam biru dan kelabu dari Amerika Serikat, seperti Wabasha, Elang Besar, Gagak Kecil, Awan Merah, Kuda Gila, Banteng Duduk, Beruang Kurus, Ekor Berbintik, Pisau Tumpul, Bintang Pagi, Ceret Hitam, Banteng Jangkung, Angin Putar, Sepuluh Beruang, Mata Satu, Kepala Elang, Geronimo dan lainnya.
Banteng Duduk adalah salah seorang pahlawan Indian legendaris yang ditakuti kavaleri, infanteri, dan artileri Amerika Serikat.
Geronimo (Goyathlay), salah seorang pemimpin Apache sekitar tahun 1877. Baginya, perang dan pembantaian orang Indian sungguh tak masuk akal sehat.
Baca juga: Sejarah kelabu orang Indian di Benua Amerika
Baca juga: Sejarah kelabu orang Indian di Benua Amerika