Presiden Soekarno sakit dan persiapan kudeta PKI
Pada bulan Juli dan Agustus 1965 kesehatan Presiden Soekarno tampak menurun. Dari tanggal 15 Juli sampai tanggal 30 Juli 1965 suatu Tim Dokter RRC di samping Tim Dokter Indonesia melakukan pemeriksaan kesehatan Bung Karno secara berturut-turut di Jakarta dan Bogor.
Dalam tahun-tahun terakhir tersebut Presiden Soekarno seringkali menggunakan ahli-ahli pengobatan RRC untuk memelihara kesehatannya.
Pada tanggal 30 Juli 1965 Presiden Soekarno memerintahkan Nyoto, yang sedang berada di luar negeri untuk kembali ke Indonesia dengan maksud untuk membantu menyusun naskah pidato 17 Agustus 1965.
Oleh Waperdam/Menlu Dr. Soebandrio, melalui Departemen Luar Negeri dikirim kawat ke KBRI di Moskow dan di Peking agar menyampaikan kepada Aidit dan Nyoto supaya mereka segera pulang. Aidit menunda perjalanannya ke Hanoi karena menerima kawat dari Dr. Soebandrio di Peking dan tanggal 6 Agustus tiba di Jakarta.
Setelah mengetahui diagnosa serta kemungkinan yang dapat timbul dari penyakit Presiden tersebut dan dari dokter-dokter RRC, Aidit memerintahkan kepada Biro Khusus PKI untuk membuat suatu rencana gerakan.
Figur seorang Soekarno |
Setelah rencana gerakan itu disetujui oleh Aidit, pimpinan Biro Khusus menghubungi para perwira yang telah dibina dan digarap PKI dalam Angkatan Darat, Angkatan udara, Angkatan Laut, Angkatan Kepolisian dan Pasukan Pengawal Presiden "Cakrabirawa" untuk persiapan pelaksanaannya.
Sementara itu dengan berkedok melatih sukarelawan untuk konfrontasi dengan Malaysia, PKI mengadakan latihan kemiliteran bagi anggota-anggotanya di Lubang Buaya dengan menggunakan legalitas serta fasilitas AURI yang diberikan oleh para anggota AURI yang telah dibina dan bersimpati kepada PKI.
Sampai akhir September 1965, di Lubang Buaya sudah dilatih sebanyak 1.000 orang angggota PKI dan organisasi-oraganisasi di bawahnya.
Baca juga: 30 September PKI memberontak
Baca juga: 30 September PKI memberontak