Sejarah EAEG dan AFTA
Sejarah EAEG dan AFTA - Setelah kunjungan Perdana Menteri Cina Li Peng ke Malaysia, Perdana Menteri Mahatir Mohamad mencetuskan ide pembentukan EAEG yaitu singkatan dari East Asian Economic Grouping pada bulan Desember 1990. Indonesia keberatan atas usul ini.
Peran Presiden Soeharto
Pada tanggal 3 Maret 1991 dalam konferensi di Bali, Presiden Soeharto mengatakan bahwa Indonesia tidak menginginkan suatu blok perdagangan yang tertutup. Indonesia merasa jangan ada pengelompokan ekonomi lain yang akan merugikan kerja sama Internasional yang dibutuhkan.
Dalam hal ini, Indonesia melihat bahwa EAEG akan menutup peran Amerika Serikat dan negara-negara lainnya, padahal Indonesia masih membutuhkan bantuan Amerika dan investasi asing alinnya. Selain itu, Indonesia juga ingin Amerika Serikat untuk mengimbangi dominasi ekonomi Jepang di Asia Tenggara.
Mungkin faktor yang tidak terucapkan dalam ketidaksepakatan adalah rivalitas antara Indonesia dan Malaysia untuk kepemimpinan Dunia Melayu. Indonesia memandang dirinya sebagai pemimpin. Usulan EAEG oleh Malaysia dianggap tidak menghargai Indonesia, karena tanpa melalui persetujuan terlebih dahulu dengan Indonesia.
Mahatir Mohamad Perdana Menteri Malaysia |
Usul Indonesia Nama EAEG dan AFTA
Republik Indonesia mengusulkan untuk mengganti istilah grouping menjadi caucus. Setelah negosiasi cukup lama, akhirnya Malaysia menerima usulan Indonesia ini. Kemudian nama resminya menjadi EAEC yaitu singkatan dari East Asian Economic Caucus. Organisasi baru ini lebih merupakan suatu forum daripada suatu blok ekonomi dan merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar yaitu APEC (Asia Pasific Economic Cooperation).Mengenai APEC selengkapnya silahkan baca di artikel sejarah : Kerjasama ekonomi Asia Pasifik APEC
Berbeda dengan gagasan pembentukan EAEG oleh Malaysia, usulan Thailand untuk menghidupkan kembali ide Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA - ASEAN Free Trade Area) mendapat dukungan penuh dari Indonesia.
Padahal Indonesia pada awalnya memiliki keberatan atas ide tersebut. Dukungan RI atas ide Thailand ini disebabkan karena Thailand terlebih dahulu secara aktif melakukan lobi. Atas dukungan Indonesia, AFTA kemudian menjadi usulan ASEAN, bukan lagi usulan Thailand.
Dengan terbentuknya AFTA, maka kawasan Asia Tenggara mulai memasuki era perdagangan bebas sebagai langka persiapan memasuki abad ke-21. Bagi Indonesia, terbentuknya AFTA membuka peluang untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan tentu mendukung proses pembangunan nasional.